Tidak terasa Ibadah Puasa Ramadhan kembali kita temui. Di negara kita Republik Indonesia,1 ramadhan tahun 1440 H jatuh pada Senin 6 Mei 2019, serentak di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil Sidang Itsbat yang secara aklamasi menyetujui bahwa 1 Ramadhan 1440 H jatuh pada hari Senin, 6 Mei 2019. Sidang tersebut dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, didampingi oleh Perwakilan Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), PBNU, PP Muhammadiyah, Ketua Komisi VII DPR RI, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, serta dihadiri oleh sejumlah perwakilan kedutaan besar negara sahabat, LAPAN, BMKG, Pejabat Eselon I dan II Kemenag dan Tim Hisab dan Rukyat Kemenag RI. Hasil siding itsbat dituangkan dalam Keputusan Menteri Agama nomor 182 Tahun 2019, dengan dasar adanya referensi laporan petugas Rukyatul Hilal bahwa Hilal Awal Ramadhan 1440 H ter-amati di Sejumlah titik di Wilayah Indonesia.
Puasa Ramadhan merupakan puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan dari mulai fajar hingga matahari terbenam. Menurut ajaran Dalam Agama Islam puasa pada bulan Ramadhan merupakan puasa yang wajib dilaksanakan sebagai Rukun Islam yang keempat, terkecuali beberapa keadaan yang diperbolehkan oleh agama Islam meninggalkan puasa.
Terlepas dari kebijakan hasil sidang di Negara kita,maka bagi muslim yang menjalankan Puasa Ramadhan perlu tetap memperhatikan kesehatan selama Puasa. Pada prinsipnya, Puasa Ramadhan secara umum berdampak positif bagi kesehatan. Berikut 12 (Dua belas) tips yang perlu dipertimbangkan agar puasa tetap menyehatkan, antara lain ;
1. Minum yang cukup.
Setelah tiba waktu untuk berbuka puasa, Anda harus minum dalam jumlah yang banyak. Anda juga harus minum saat bersahur. Kebutuhan hidrasi tubuh adalah sekitar 1,5 liter per hari.
2. Makan yang sehat.
Jangan berlebihan melahap kue dan makanan manis karena tidak memuaskan rasa lapar dan mengganggu pola makan Anda. Pertimbangkan memakan kurma yang dapat mengisi ulang energi secara cepat.
3.Jangan langsung makan berbuka dalam porsi besar.
Mulailah makan dengan sup, kolak atau makanan pembuka lain dan tunggu sampai meresap di pencernaan sebelum makan besar.
4.Jangan makan terlalu banyak.
Makan berlebihan tidak hanya mengganggu tubuh, tetapi juga membuat mengantuk saat ibadah shalat tarawih.
5. Tetap makan tiga kali sehari.
Meski siang harinya berpuasa, malam harinya Anda sebaiknya tetap makan tiga kali sehari; yang pertama saat bersahur, yang kedua saat berbuka dan yang ketiga sekitar 2 atau 3 jam setelah berbuka.
6.Saat bersahur, disarankan makan buah-buahan untuk vitamin dan sumber karbohidrat seperti nasi dan ubi-ubian yang dapat bertahan sampai berbuka puasa. Penting untuk bersantap sahur mendekati saat imsak.
7.Jika memungkinkan, tidurlah di awal siang untuk mengumpulkan energi. Hindari sinar matahari dan panas yang menimbulkan dehidrasi.
8.Minimalkan penggunaan tenaga fisik. Bila memiliki kebiasaan olahraga, Dianjurkan untuk berolahraga yang tidak intensif atau tidak terlalu keras di sore hari sebelum saat berbuka.
9.Perlu perhatian dan pertimbangan khusus bagi Orang yang lemah fisik.
Ibu hamil atau menyusui, lansia, pasien hipertensi ( tekanan darah tinggi ), penyakit jantung atau asma, biasanya tidak wajib menjalankan puasa Ramadhan. Bila mau tetap berpuasa, sebelumnya mereka harus berkonsultasi dengan dokter jika merasakan tanda-tanda gangguan kesehatan.
10.Jangan menghentikan pengobatan tanpa nasihat medis.
Orang yang harus mendapatkan pengobatan berkala harus mendapatkan saran dari dokter dan konsultasi pada ahli Agama Islam. Apakah boleh tidak menjalankan puasa Ramadan jika dengan berpuasa membawa risiko pada kesehatan mereka.
11.Segera membatalkan puasa bila mendapatkan masalah kesehatan.
Bila Anda mengalami masalah medis selama sehari dan tidak dapat pulih dengan cepat, mungkin sebaiknya Anda tidak berpuasa sehari atau lebih. Hari-hari di mana Anda tidak berpuasa dapat diganti sebelum Ramadhan berikutnya.
12. Penderita diabetes harus secara teratur memonitor gula darah mereka, cukup hidrasi dan tidak makan yang manis-manis tanpa nasihat medis.
Khusus untuk penderita Diabetes Melitus (DM),ada kiat khusus bila akan menjalani puasa ramadhan secara sehat. Berikut artikel yang membahasnya.
Sebelum melangkah pada pembahasan kiat Diabetisi ( penderita DM ), mari kita pelajari secara singkat tentang penyakit DM.
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia (nilai kadar gula darah lebih dari normal) yang kronik ( berlangsung dalam waktu cukup lama ) disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Diabetes Melitus (DM) terdiri dari 2 jenis, DM tipe 1 dan DM tipe 2. Dm tipe 1 disebut juga IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) yang disebabkan oleh destruksi sel Beta pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan DM tipe 2 disebut juga NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) disebabkan kegagalan relatif sel Beta dan resistensi insulin.
Gejala awal yang khas dialami penderita DM antara lain Polifagia (Lebih sering makan), Poliuria (Lebih sering buang air kecil, utamanya malam hari), Polidipsia (Lebih sering minum), lemas dan berat badan turun. Sedangkan gejala lain yang mungkin dikeluhkan penderita Diabetes antara lain kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, dan pruritus vulva ( bibir kemaluan ) pada wanita.
Seseorang dikatakan menderita Diabetes bila mengalami keluhan dan gejala khas tersebut ditambah hasil pemeriksaan Gula darah sewaktu 200 mg/dL atau Gula Darah puasa ≥ 126 mg/dL. Bila hasil pemeriksaan Gula darah meragukan, Pemeriksaan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau TTGO yang abnormal.
Penatalaksanaan DM dibagi menjadi penatalaksanaan jangka pendek dan jangka panjang. Penatalaksanaan jangka pendek bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala DM, sedangkan jangka panjang untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar gula darah, lipid (lemak ) dan insulin. Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik ( penurunan kadar gula darah yang tinggi ), dan penyuluhan.
Pada perencanaan makan, santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70 %), protein (10-15 %), dan lemak (20-25%) jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan , status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
Latihan jasmani juga dianjurkan untuk penderita diabetes. Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5 jam yang sifatnya CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance). Latihan yang dapat dijadikan pilihan misalnya jalan kaki, lari, renang, bersepeda, dan mendayung. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan yaitu 75-85% denyut nadi maksimal (Denyut nadi maksimal/DNM = 220-umur).
Jika penderita telah melakukan pengaturan makan dan olahraga secara teratur, tetapi kadar gula darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat yang berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan). Obat yang berkhasiat hipoglikemik yang tersedia dalam bentuk oral antara lain golongan Sulfonilurea, Biguanid, Inhibitor Alfa Glukosidase, Insulin Sensitizing agent. Sedangkan Obat berkhasiat hipoglikemik yang tersedia dalam bentuk Suntikan adalah Insulin.
Insulin digunakan pada penderita DM tipe 2 dengan indikasi antara lain :
- -DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
- - DM dengan berat badan menurun cepat
- - Ketoasidosis, asidosis laktat dan koma hiperosmolar
- - DM yang mengalami stres berat seperti infeksi sistemik, operasi besar.
- - DM dengan kehamilan yang tidak terkendali dengan pengaturan makan.
Dosis Insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-lahan sesuai dengan hasil glukosa darah penderita. Jika penderita sudah diberikan sulfonilurea atau metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonilurea dengan metformin. Jika cara ini tidak berhasil juga, dipakai kombinasi sulfonilurea dan insulin.
Lalu,ketika bulan Puasa Ramadhan, adakah penderita DM bisa berpuasa dan bagaimana dosis pengobatannya?..
Menurut studi EPIDIAR (Epidemmiology of Diabetes and Ramadhan) yang meneliti 12.243 pasien diabetes dari 13 negara ISlam mendapatkan, 43% pasien diabetes melitus (DM) tipe 1 dan 79% pasien DM tipe 2 berpuasa selama Ramadhan. MEmang penderita diabetes yang berpuasa beresiko memiliki efek samping seperti hipoglikemia, hiperglikemia, dengan atau tanpa ketoasidosis dan dehidrasi. Resiko ini akan meningkat pada periode berpuasa yang lama.
Sebenarnya selama kadar gula darah terkontrol dengan baik sebelum puasa, aman bagi penderita diabetes untuk berpuasa. Lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pasien diabetes yang menjalankan puasa, yakni :
- Tatalaksana bersifat individual
- Pemantauan teratur kadar gula darah
- Nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan harian
- Olahraga tidak boleh berlebihan
- Penderita harus tahu kapan membatalkan Puasa
Penderita diabetes yang ingin tetap menjalankan Puasa Ramadhan, perlu konsultasi kepada dokter, apakah termasuk pasien berisiko tinggi mengalami efek samping atau tidak. Setidaknya 3 bulan sebelum puasa Ramadhan harus sudah direncanakan, agar bisa dinilai beberapa hal :
- Pemeriksaan Gula darah dan HbA1c
- Pemeriksaan komplikasi dan kondisi komorbid lain yang dapat memperburuk akibat yang berkepanjangan.
- Perubahan diet dan perencanaan makan berdasar kebiasaan dengan tetap menjaga jumlah kalori harian
- Kemungkinan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit juga perlu diperhatikan.
Dosis dan cara Pemakaian Obat berkhasiat hipoglikemik Oral maupun suntikan juga mengalami perbedaan antara saat tidak puasa dengan saat puasa Ramadhan.
Lalu, Pertanyaannya,
- Bagaimana penentuan atau stratifikasi penderita DM berdasar resiko efek samping?. Apakah termasuk resiko sangat tinggi, resiko tinggi, resiko moderat atau resiko rendah sehingga lebih tenang menjalankan puasa?..
- Kalau ada perbedaan dosis dan cara pemakaian Obat berkhasiat hipoglikemik Oral maupun suntikan, bagaimana detailnya?..
Jawabannya akan kita bahas dalam paparan artikel mendatang. Terima Kasih atas perhatian , waktu dan atensi positif bapak ibu dan netizen sekalian. Kami Mohon maaf Lahir batin atas kesalahan sikap, perkataan, perbuatan dan penulisan selama ini, Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1440 H /2019 bagi Umat Islam yang menjalankan. Semoga Alloh, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi kelancaran, khusyu’ dalam menjalankan Puasa nya. Salam Sehat Lahir Batin dan Sukses Selalu.
Sumber :
- web kemenag aceh
- web detik news
- Semijurnal Farmasi dan Kedokteran ETHICAL DIGEST edisi Juli 2014
- Kapita Selekta Kedokteran
- web MUI
- web wikipedia
- majalah kesehatan
- pengalaman praktik sehari-hari Iswan Daru, MD di Balai Paru UPT Dinkesprov Jateng yang dituangkan dalam weblog https://jonadoctor.blogspot.com
DISCLAIMER ;
"Kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kealpaan, namun kami juga manusia yang selalu berusaha belajar menerapkan kebaikan. Dengan Demikian, kami berharap kritik dan saran positif secara baik terhadap konten tulisan kami, walaupun kami selalu berusaha maksimal mencari sumber yang paling benar dan memantau perkembangan sumber ilmunya. Semoga Alloh ,Tuhan Yang Maha Esa me-Ridhoi usaha kami dan rekan pembaca dalam berbagi ilmu kebenaran ,demi Kemaslahatan Dunia Untuk Akhirat, serta dihindarkan dari tindakan pencemaran Nama baik, diskriminasi suku,agama,ras, Antar golongan ( SARA) , pelanggaran hukum agama dan negara serta Pelanggaran Hak cipta. Terima Kasih", Salam sehat lahir batin, Sukses selalu dan kembali Jaya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Jonadoctor (C) 2008 - 2019 ( contact us , mail : jonadoctorspot@gmail.com )
0 comments:
Posting Komentar