CDATA ZONE DOCTOR; Information Center Of Health,Medical Device,Business News; an effort to prevent DISEASE: Skp idi
HOME CONTACT US PROFILE JONADOCTOR_ COPYRIGHT 2008 - 2025

Translate This Page !



English French German Spain Italian Dutch


Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

-

Translate This Page ! ( please click the flag image above ) (blog.ahmadrifai).

PENTING dan UPDATE ! Pendaftaran CASN( CPNS & CALON PPPK / P3K ) 2024,Segera Dibuka, Ini LINK nya !

PENTING dan UPDATE !  Pendaftaran CASN( CPNS & CALON PPPK / P3K ) 2024,Segera Dibuka, Ini LINK nya !
( KLIK GAMBAR UNTUK LINK REGISTRASI NYA ) , PPPK = PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA, ASN = APARATUR SIPIL NEGARA , CPNS = CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL ; PENTING dan UPDATE ! Pendaftaran CASN ( CPNS DAN CALON PPPK / P3K ) 2024,Segera Dibuka, Berikut Link Resmi & Cara Log in & Isi Data di web sscasn & Daftar WEBSITE KURSUS & TRY OUT UJIAN CPNS,PPPK/P3K, SEKOLAH KEDINASAN (BONUS ; e-book english IELTS, Software & e-book TOEFL,software psikotes, modu & try out CASN ) Salam sehat selalu ( atas berkah Rahmat Alloh, Tuhan Yang Maha Esa 🙏 ) KLIK LANGSUNG KE LINK ; cpnsonline.co.id/?reg=jonadoctor ( In Sya ALLOH bukan MALWARE ) 🙏🙏🙏
Tampilkan postingan dengan label Skp idi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Skp idi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 November 2017

Update Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kedokteran Secara Mudah Dengan Jurnal Medika, Jurnal Kedokteran Indonesia dengan SKP IDI




Dunia Kedokteran tidak pernah lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi. Serasa sudah suatu tuntutan bagi setiap dokter dan paramedis untuk mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran. Cepatnya perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kedokteran merupakan efek semakin kompleksnya ragam penyakit. Berbagai jenis penyakit baru berawal dari gaya hidup dan kebiasaan manusia yang semakin maju. Kemunculan berbagai macam penyakit-penyakit baru justru akan menantang dunia kedokteran untuk berkembang. Penelitian-penelitian dilakukan terhadap masalah-masalah kesehatan terbaru. Beragam solusi masalah kesehatan dan pengobatan penyakit sudah banyak dibahas dalam media, utamanya dunia maya. Akan tetapi, apakah semua publikasi ilmiah di dunia maya sempat diakses oleh dokter dan paramedis?. 

Tentu saja tidak semuanya sempat, karena kebanyakan dokter dan paramedis memiliki banyak jadwal praktik dan pelatihan. Kesibukan karena pekerjaan akan mengurangi kesempatan dokter dan paramedis untuk mengakses dunia maya, apalagi berselancar dan mengunduh publikasi ilmiah. Sejak puluhan tahun lalu, media yang mempermudah dokter dan paramedis untuk memperbaharui informasi kedokteran adalah jurnal berkala. Meskipun terkesan klasik, media kertas ini lebih fleksibel untuk disimak. Junal edisi cetak tidak membutuhkan piranti lain untuk mengaksesnya. Sekalipun penyimpanannya bisa memakan tempat yang luas, akan tetapi tidak perlu khawatir terserang virus seperti e-book. Jurnal cetak juga mempercepat pembaca memahami isinya, karena lebih banyak yang berbahasa indonesia.  Meskipun, harus mengeluarkan dana untuk mendapatkannya, tak seberapa banyak pengorbanan finansial bila dibanding informasi kedokteran terbaru yang bisa diserap.

Sebagai media jurnal edisi cetak, MEDIKA sudah berbagi beragam pekembangan ilmu dan teknologi kedokteran sejak 35 tahun lebih yang lalu. Medika merupakan Jurnal Kedokteran Indonesia, hasil karya antara Gabungan Perusahaan Farmasi dengan PT Grafiti Medika Pers. MEDIKA berisikan jurnal-jurnal di bidang kedokteran dan farmasi serta informasi mengenai produk obat-obat terbaru. Setiap bulan, berbagai topik dari masing-misang bidang kedokteran dibahas secara detail dan menarik. Dokter dan paramedis juga diberi kesempatan saling bertukar informasi kedokteran melalui artikel sumbangan yang diseleksi oleh pihak redaksi. Kemunculan produk farmasi dan teknologi terbaru juga diperkenalkan di beberapa bagian majalah ini. Semua disajikan dalam bentuk artikel yang mudah diserap, tanpa meninggalkan sisi ilmiahnya.

MEDIKA diterbitkan dalam bentuk edisi cetak, setiap awal bulan. Lembaran kertas Lux yang cukup tebal sebanyak 72 halaman ini memuat Rubrik-rubrik yang selalu menarik dokter dan paramedis untuk mempelajarinya. Rubrik yang diasuh oleh para staf redaksi kehormatan dan konsulen senior kedokteran ini terdiri dari:

  • Editorial ; Merupakan bahasan tentang paradigma dunia kesehatan yang sedang hangat dibicarakan.
  • Saripati ; Merupakan abstrak hasil penelitian terbaru yang menarik dari berbagai jurnal ilmiah kedokteran yang menjadi referensi
  • Artikel penelitian ; Merupakan laporan hasil penelitian kesehatan dan kedokteran dasar.
  • Artikel konsep ; Merupakan tulisan Kajian Literatur yang komprehensif dan ilmiah dari sebuah topik, dengan penekanan pada perkembangan dalam lima tahun terakhir.
  • Fokus ; Uraian yang terfokus terhadap hal/masalah tertentu, seperti politik kesehatan, kebijakan kesehatan,atau hal terkini tentang kesehatan.
  • Profil ; Berita tentang tokoh kedokteran/kesehatan atau institusi kesehatan yang  diberitakan karena adanya kejadian atau pun prestasi yang istimewa.
  • Kegiatan ; Reportase mengenai berbagai kegiatan, seminar, kongres, acara yang berkaitan dengan dunia kedokteran/kesehatan.
  • Studi Kasus ; Laporan kasus yang menarik, yang mungkin ditemui dokter umum, dengan kesulitan diagnosis, serta memberikan suatu pembelajaran.
  • Pengembangan profesi ; membahas masalah-masalah kesehatan yang ditemukan dalam praktek dokter secara interaktif.
  • Artikel Penyegar ; Tulisan kajian ringan dan ilmiah dari kasus yang paling muncul dalam praktik klinik.

Tak perlu ragu dan berpikir panjang, apakah MEDIKA layak atau tidak menjadi acuan utama bagi Dokter dan Paramedis untuk memperbaharui informasi. Berdasarkan Survei yang dilakukan Business Digest pada tahun 2004, MEDIKA merupakan :    
  • Top of mind media informasi kedokteran.    
  • Jurnal kedokteran yang mempunyai market share terbesar di Indonesia.    
  • Jurnal kedokteran yang paling sering dibaca.    
  • Jurnal kedokteran yang paling banyak menjadi sumber referensi merk obat.    
  • Jurnal kedokteran yang paling banyak memuat penelitian baru dan aktual.    
  • Jurnal kedokteran yang paling mudah dipahami.




 Apalagi mulai edisi Maret 2015, hasil kerjasama Medika dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)  , dimana program Pengembangan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB), mulai edisi Maret 2015  sudah dimulai  dan akan selalu ada di setiap edisi. Dalam program ini, MEDIKA memberikan beberapa soal sekaligus lembar jawabannya. Bagi sejawat yang mengikuti program ini, dipersilakan untuk menjawab soal dalam lembar jawaban, kemudian mengirimkannya ke Medika untuk kami tindak lanjuti. Bagi sejawat yang mampu menjawab minimal 70 persen jawaban dengan benar maka berhak mendapat dua satuan kredit partisipasi (2 SKP) dari PB IDI.  Program ini adalah wujud nyata sumbangsih Medika dalam ikut memajukan dunia kedokteran Indonesia. Dengan program ini diharapkan para pembaca setia MEDIKA, utamanya dokter, baik dokter umum maupun spesialis, bisa memperbarui ilmunya. Seperti yang disampaikan redaksi MEDIKA pada salah satu edisi jurnal, bahwa program ini juga menjadi media interaksi antara redaksi dengan pembaca Medika.

Memang,  MEDIKA dan majalah kedokteran lainnya belum diperjualbelikan secara umum layaknya buku. Pembaca dari kalangan dunia medis yang lebih diutamakan untuk mempelajari, meskipun kalangan umum non medis tidak disalahkan turut membaca. Oleh karena itu, Jonadoctor Informasi Kesehatan dan Bisnis (Penyedia Majalah Kesehatan, Alat Kesehatan, Media Iklan Bisnis)  turut membantu mempermudah pembaca terutama kalangan dokter dan paramedis untuk mendapatkan MEDIKA dan beragam Majalah Kedokteran lainnya.  Dengan bekerja sama langsung dengan bagian distribusi MEDIKA dan melalui prosedur yang sederhana, harga yang bersahabat, dan proses pengiriman yang tidak lambat, akan  membuat dokter serta paramedis merasa mudah memperbaharui informasi dunia kedokteran. Untuk Informasi lebih lengkap bisa anda hubungi di Fan Page JONADOCTOR_SPOT/penyedia majalah, suplemen, dan Alat medis atau di Phone 0822 1415 4699 , mail : jonadoctorspot@gmail.com.

Demikian, semoga bermanfaat serta Salam Sehat lahir batin dan Sukses Berbisnis.

Sumber :
  • Medical Progress. 2011. "Continuing Medical Education for Clinician". PEER-REVIEWED CME FOR ASIAN CLINICIANS. Page : 2-4
  • MEDIKA. 2012. "Dari Redaksi Medika". Jurnal Kedokteran Indonesia.No. 04, Tahun XXXVIII, April 2012. Hal : 2-4
  • MEDIKA. 2010. "Profil". Jurnal Kedokteran Indonesia.No. 11, Tahun XXXVI, Nopember 2010. Hal: 1
  • Web Jurnalmedika. 2016


"Kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kealpaan,namun kami juga manusia Yang selalu berusaha belajar menerapkan kebaikan. Dengan Demikian,kami berharap kritik dan saran positif secara baik terhadap konten tulisan kami,walaupun kami selalu berusaha maksimal mencari sumber yang paling benar dan memantau perkembangan sumber ilmunya. Semoga Allah meridhoi Usaha kami dan Rekan pembaca dalam berbagi ilmu kebenaran demi Kemaslahatan Dunia Untuk Akhirat,serta dihindarkan dari tindakan pencemaran Nama baik, diskriminasi suku,agama,ras, Antar golongan, pelanggaran hukum negara dan agama, Pelanggaran Hak cipta. Terima Kasih", Salam sehat lahir batin &  Sukses berbisnis. Jonadoctor  2008 - 2016 ( contact us @ 0822 1415 4699 , jonadoctorspot@gmail.com )

Minggu, 18 Desember 2016

Mengenal lebih dalam ; "Buku Kumpulan artikel ilmiah (CME) dengan soal P2KB (Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan)" ,bisa gratis sertifikat SKP IDI !

jonadoctor Buku CME P2KB PB IDI edisi 3


SKP adalah kependekan dari Satuan Kredit Partisipasi yang dikeluarkan oleh IDI (ikatan Dokter Indonesia) atau PDGI (Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia). SKP ini menjadi bagian akreditasi dokter atau dokter gigi dari P2KB (Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan) atau CPD (Continuing Professional Development) eksternal atau juga CME (Continuing Medical Education).SKP merupakan bukti kesertaan seorang dokter dalam program P2KB. Kredit inidiberikan baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan pelayanan kedokteran langsung atau tak langsung)  maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen).


Syarat perolehan SKP untuk resertifikasi adalah 50 SKP per tahun yang tersebar pada berbagai ranah kegiatan.SKP wajib dikumpulkan oleh dokter atau dokter gigi sesuai pasal 28 & 51e UU no.29/2004 yang mewajibkan dokter/dokter gigi  untuk terus menambah ilmu pengetahuan & mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/ kedokteran gigi (dalam bentuk P2KB). P2KB  (Program pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan) adalah upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya. Kegiatan yang dapat diberi kredit dibedakan atas 3 jenis di bawah ini.

1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan

2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan

kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan

3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar tempat kerja yang bersangkutan, yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. Dokter yang mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan SKP dari penyelenggara yang besarnya ditentukan oleh BP2KP Pusat atau Wilayah (tergantung pada skala kegiatannya).
Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah (domain) kegiatan berikut ini.

1. Kegiatan pembelajaran (learning)

2. Kegiatan profesional

3. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi

4. Kegiatan publikasi ilmiah atau populer di bidang kedokteran
5. Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan.

Saat ini ada salah satu alternatif untuk mendapatkan Sertifikat SKP IDI secara praktis, yaitu mengerjakan kuis artikel ilmiah dalam Buku CME IDI dari PB IDI. Buku CME IDI dari PB IDI ini untuk mendapatkan sertifikat SKP IDI bagi Tenaga Medis Khususnya Dokter Umum. Terbit sekali dalam setahun. Di dalam masing masing edisi terdapat beberapa topik kasus penyakit medis yang memuat kuis CME. Bila dikerjakan sesuai syarat dan ketentuan,maka dokter yang mengerjakan dan mengumpulkan hasil pengerjaan kuis CME berhak mendapatkan SKP IDI. Dimana SKP IDI akan di akumulasikan dalam 5 tahun untuk memperpanjang Surat Tanda Registrasi (STR),sebagai salah satu syarat mendapatkan Surat Ijin Praktek (SIP).

Saat ini tersedia Buku CME dari PB IDI edisi 3 & 4 yang masing-masing mengandung 10 SKP IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Pada buku CME edisi 3 & 4 terkandung kuis CMe dengan kasus penyakit yang bervariasi, antara lain ;

 a. Edisi 3..case management :tension type headache, demam dengue dan DHF, Lipoma, Fluor albus, hyperlipidemia.



b.Edisi 4 ; case report :Dystonia, Appendicitis acute, Kista limfangioma Retroperitoneal, Recurrent UTI pada Anak, Granuloma Piogenik.

Bila anda sebagai tenaga medis atau ingin membantu rekan tenaga medis yang sedang membutuhkan sertifikat SKP IdI dengan jumlah yang cukup lumayan, tanpa harus repot repot registrasi simposium mahal di hotel,tanpa ribet memesan kamar hotel atau kendaraan untuk datang simposium ke suatu hotel,maka sudah tepat bila anda memesan buku berisi kumpulan CME dari PB IDI (Perhimpunan besar ikatan dokter indonesia) tersebut.


 Segera saja hubungi Jonadoctor informasi kesehatan dan bisnis Di phone. 0822 1415 4699 , mail: c22hx@yahoo.com ,page fb: http://facebook.com/jonadoctorspot untuk detail harga dan proses pemesanan serta pengiriman. Demikian, Semoga informasi tersebut benar valid sesuai sumbernya dan bermanfaat. Salam sehat lahir batin & sukses berbisnis.

Sumber: 
- Tim Pengumpul informasi web http://jonadoctor.blogspot.co.id 2016
- Pranoto dalam web lupirka. 2016
-Juknis P2KB DPU IDI

"Kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kealpaan,namun kami juga manusia Yang selalu berusaha belajar menerapkan kebaikan. Dengan Demikian,kami berharap kritik dan saran positif secara baik terhadap konten tulisan kami,walaupun kami selalu berusaha maksimal mencari sumber yang paling benar dan memantau perkembangan sumber ilmunya. Semoga Allah meridhoi Usaha kami dan Rekan pembaca dalam berbagi ilmu kebenaran demi Kemaslahatan Dunia Untuk Akhirat,serta dihindarkan dari tindakan pencemaran Nama baik, diskriminasi suku,agama,ras, Antar golongan, pelanggaran hukum negara dan agama, Pelanggaran Hak cipta. Terima Kasih", Salam sehat lahir batin & Sukses berbisnis. Jonadoctor 2008 - 2016 ( contact us @ 0822 1415 4699 , jonadoctorspot@gmail.com )

Jumat, 22 Mei 2015

Cara yang jauh lebih mudah,murah,efektif dan efisien untuk mendapatkan SKP Dokter dari IDI



SKP adalah kependekan dari Satuan Kredit Partisipasi yang dikeluarkan oleh IDI (ikatan Dokter Indonesia) atau PDGI (Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia). SKP ini menjadi bagian akreditasi dokter atau dokter gigi dari P2KB (Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan) atau CPD (Continuing Professional Development) eksternal atau juga CME (Continuing Medical Education).SKP merupakan bukti kesertaan seorang dokter dalam program P2KB. Kredit inidiberikan baik untuk kegiatan yang bersifat klinis (berhubungan dengan pelayanan kedokteran langsung atau tak langsung)  maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen).



Syarat perolehan SKP untuk resertifikasiadalah 50 SKP per tahun yang tersebar pada berbagai ranah kegiatan.SKP wajib dikumpulkan oleh dokter atau dokter gigi sesuai pasal 28 & 51e UU no.29/2004 yang mewajibkan dokter/dokter gigi  untuk terus menambah ilmu pengetahuan & mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/ kedokteran gigi (dalam bentuk P2KB). P2KB  (Program pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan) adalah upaya pembinaan bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional agar dokter senantiasa layak menjalankan profesinya. Kegiatan yang dapat diberi kredit dibedakan atas 3 jenis di bawah ini.

1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan

tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan

2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan
kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan
3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar tempat kerja
yang bersangkutan, yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. Dokter yang mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan SKP dari penyelenggara yang besarnya ditentukan oleh
BP2KP Pusat atau Wilayah (tergantung pada skala kegiatannya).

Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah (domain) kegiatan berikut ini.

1. Kegiatan pembelajaran (learning)

2. Kegiatan profesional

3. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi
4. Kegiatan publikasi ilmiah atau populer di bidang kedokteran
5. Kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan


Untuk mendapatkan SKP ini memang tidak mudah. Setiap acara pelatihan, seminar, simposium dan kegiatan ilmiah kedokteran lainnya harus mendapatkan akreditasi IDI terlebih dahulu. Tidak setiap acara ilmiah kedokteran mengandung nilai SKP yang besar,  Nilai SKP bisa bervariasi, dari 2 - 20. Hal ini memang tergantung dari besarnya even yang digelar oleh perkumpulan-perkumpulan profesi medis tertentu, topik yang menarik sesuai kebutuhan kesehatan masyarakat, dan luasnya target peserta acara tersebut. Semakin besar suatu even di bidang kedokteran dan kesehatan, tentunya membutuhkan dana yang lebih besar juga, jumlah panitia dan fasilitas yang megah juga. Hal tersebut mengundang pihak sponsor yang ternama juga, dan tentunya para pembicara yang profesional atau sudah berpengalaman juga.

Hal ini akan berimbas pada mahalnya harga tiket untuk mengikuti acara-acara tersebut. Meskipun berapapun uang yang harus dikeluarkan, waktu yang harus disempatkan, setiap dokter pasti akan mengusahakan mendapatkan SKP dari IDI. Hal ini sudah menjadi kewajaran, karena SKP yang besar berhubungan erat dengan kualifikasi para dokter, sehingga mempermudah dipertimbangkan di segala sektor pelayanan kesehatan. Bagi para mereka yang masih mahasiswa pun tidak salah mengikuti acara tersebut. Memang tidak murah meski harga tiket untuk mahasiswa sudah diberi keringanan. Apalagi nilai SKP memiliki masa kadaluarsa seperti yang tertera pada setiap sertifikat SKP dari IDI.


Berikut  Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit Kegiatan Pendidikan CPD untuk Simposium dan Workshop (Jangka Pendek).




Selain memiliki masa kadaluarsa, Sertifikat SKP yang sudah di akreditasi IDI, yang dikumpulkan oleh dokter juga memiliki target. Biasanya dalam jangka 5 tahun, setiap dokter harus mengumpulkan sekian SKP dari berbagai ranah. Berikut Proporsi kegiatan profesional yang idealnya dicapai





Akhir-akhir ini banyak fenomena dimana harga tiket untuk mengikuti acara ilmiah kedokteran yang terakreditasi IDI semakin mahal. Entah karena semakin mahal nya biaya sewa tempat acara ilmiah tersebut atau semakin sulitnya sponsor untuk acara ilmiah tersebut. Bisa jadi karena imbas semakin gencarnya larangan gratifikasi bagi Profesi di Indonesia, termasuk Profesi Dokter. Walau pun Kementrian Kesehatan sudah mengeluarkan Permenkes yang mengatur secara detail bagian mana dalam pelayanan kesehatan dan program pengembangan profesi nya yang masuk gratifikasi. 
Jangan berkecil hati para "pelayan" kesehatan masyarakat, para peningkat kesehatan masyarakat Indonesia yang tidak lain adalah Dokter Indonesia. Sejak Maret 2009, sudah ada cara yang lebih mudah, lebih murah dan lebih hebat dalam mendapatkan nilai SKP. Ini ternyata menjadi alternatif cara untuk mendapatkan nilai SKP, tanpa harus menunggu acara-acara yang ter-akreditasi IDI, tanpa memesan tiket yang mahal, tanpa harus membuang waktu lama mengikuti simposium di sela kesibukan anda. Cukup dengan berlangganan majalah JPOG (Journal Of Pediatri && Obstetry Gynecologi), maka anda dapat dengan mudah  untuk mengakumulasi nilai SKP dari IDI. Bagaimana hal ini mungkin terjadi?. Tidak mustahil...



JPOG merupakan jurnal pendidikan dwibulanan dengan tipe review berkelanjutan yang menyediakan informasi tentang tren dan perkembangan terbaru bidang Pediatri dan Obstetri Ginekologi. JPOG merupakan referensi penting bagi dokter spesialis dan dokter umum. Di dalam JPOG memuat rubrik Editorial Content, Book reviews, Clinical Review, CME section, Case of The Month, Pictorial Medicine, Journal Watch.  Artikel yang dimuat merupakan kumpulan diskusi dan pemikiran para Pakar dan guru besar kedokteran yang tersebar di penjuru Asia timur dan tenggara, termasuk Indonesia.



Di dalam JPOG terdapat CME question di setiap edisi. Ini merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan artikel yang terakreditasi IDI pada setiap edisi majalah. Setelah Sepuluh pertanyaan dijawab, kemudian jawaban ditulis di form yang telah disediakan, dikirimkan ke alamat yang ditunjuk, dan pembaca majalah tinggal menunggu hasilnya yang diberitahukan via email. Untuk mendapatkan SKP yang berkisar antara 2-5 SKP setiap edisi, pembaca cukup menjawab benar minimal 60% dari total pertanyaan, kemudian SKP diakumulasi sampai lebih dari 10, di buatkan sertifikat dan dikirim ke alamat pembaca.

Nah, Sudah jelas, dan tidak perlu meragukan JPOG sebagai referensi mendapatkan SKP IDI secara lebih mudah, lebih murah, dan lebih efektif dibanding mengikuti acara ilmiah kedokteran di Hotel yang tidak murah.  Sungguh benar benar alternatif cara yang lebih mudah, murah dan hebat dalam mendapatkan SKP IDI. Untuk mendapatkan JPOG, memang tidak semudah membeli buku bacaan di Toko buku. Karena proses penerbitan dan pencetakan jurnal tersebut disesuaikan dengan minat pembaca yang semakin bulan jumlahnya meningkat. Oleh karena itu, Jonadoctor Informasi Kesehatan dan Bisnis sebagai Non Govermental Organization (NGO) menyediakan pelayanan pemesanan majalah JPOG, dengan bekerja sama langsung pihak Distribusi JPOG di Jakarta, Indonesia. Tidak perlu ragu, segera hubungi Jonadoctor Informasi Kesehatan dan Bisnis untuk prosedur berlangganan JPOG, agar anda sebagai Dokter tidak perlu menguras waktu mendapatkan SKP IDI.
Berikut Profil Lengkap Jurnal JPOG. Profil JPOG.

Sumber :

-Juknis p2kb DPU IDI

-hukumkes.wordpress

-blogdetik
- Pengalaman Praktek Dokter Umum PNS Dinkesprov Jateng
- Peer-Reviewed Journal JPOG

JONADOCTOR 2008 - 2015 ( contact us @ mobile : 0822 1415 4699 )

SILAHKAN KONTAK / HUBUNGI KAMI / TELEMEDICINE / KONSULTASI DOKTER ONLINE !

Anda bisa menghubungi kami di dua nomor WA berikut ini :

1. Ny.A.sekar.T, SST ( Paramedis/ KEBIDANAN dan BISNIS )



2.Tn.Is.Dar, MD ( Medis / TELEMEDICINE / KONSULTASI DOKTER ONLINE )

Atau di email: jonadoctorspot@gmail.com


Atau dengan mengirim pesan melalui Chat ;

KLIK UNTUK CHAT TELEGRAM

(
https://t.me/Jonadoctor_Health_Business )

ATAU KLIK IKON TELEGRAM DI POJOK KANAN BAWAH WEBLOG INI.)

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Klub Bisnis Internet Berorientasi Action

Very
Important Report:



14
Kesalahan Fatal Bisnis Internet dan Cara Mendobraknya!


Masukkan nama & email
anda di bawah ini dan dapatkan Free Report kami, GRATIS!



Nama
Panggilan:


Email:








jonadoctor





Translate This Page !


English French German Spain Italian Dutch


Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
- blog.ahmadrifai.