Tidak terasa Puasa Ramadhan kembali kita temui. Di negara kita Republik Indonesia,1 ramadhan tahun 1442 H jatuh pada Selasa, 13 April 2020, serentak di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil sidang isbat, dimana berdasarkan hasil rukyatul hilal (pemantauan pada penampakan bulan sabit pertama tanda awal Ramadhan 1442 H) yang dilaksanakan di 88 lokasi di seluruh Indonesia. Pemantauan awal bulan atau rukyatul hilal yang digelar di berbagai titik di 34 provinsi pada Senin sore hari ini menunjukkan tinggi hilal sudah berada di atas ufuk. Adapun hilal hari ini berada pada ketinggian di antara 2 derajat 37 menit 02 detik dan 3 derajat 37 menit 57 detik, atau 2,6 derajat sampai dengan 3,6 derajat. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan keputusan sidang isbat pada hari ini adalah awal puasa Ramadhan tahun ini pada 13 April 2021. Menariknya, jadwal puasa 1 Ramadhan 1442 H yang diputuskan Kemenag maupun PBNU sama dengan penentuan awal Ramadan 1442 H yang telah diumumkan oleh PP Muhammadiyah.
Puasa
Ramadhan sendiri, merupakan puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan,dengan
waktu dari mulai fajar hingga matahari
terbenam. Menurut ajaran Dalam Agama Islam puasa pada bulan Ramadhan merupakan
puasa yang wajib dilaksanakan sebagai Rukun Islam yang keempat, terkecuali
beberapa keadaan yang diperbolehkan oleh agama Islam meninggalkan puasa.
Terlepas
dari kebijakan hasil sidang di Negara kita,maka bagi muslim yang menjalankan
Puasa Ramadhan perlu tetap memperhatikan kesehatan selama Puasa. Pada
prinsipnya, Puasa Ramadhan secara umum berdampak positif bagi kesehatan. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat” (HR. Abi
Nu’aim).
Secara Ilmu
Kedokteran, puasa juga memiliki banyak makna. Dari segi fisiologi puasa pada
bulan ramadhan adalah suatu upaya untuk mengistirahatkan sistem pencernaan
selama 1 bulan yang telah bekerja selama 11 bulan. Puasa yang dilakukan pada
bulan Ramadhan sebenarnya identik dengan cleansing (pembersihan) atau
detoksifikasi (upaya pengeluaran racun dari dalam tubuh). Memang perlu waktu
bertahap dimulai dari hari pertama berpuasa,kedua,ketiga sampai seminggu
pertama agar sistem organ tubuh kita beradaptasi.
Berdasarkan
penelitian Peneliti asal Jepang, Profesor Yoshinori Ohsumi juga menemukan satu
cara sedernana untuk ‘memancing’ terjadinya autophagy dalam sel. Seperti
dilansir dari laman resmi Buchinger Wilhelmi, cara sederhana tersebut ialah
berpuasa. Ohsumi menemukan bahwa kunci untuk ‘mengaktivasi’ proses autophagy
pada sel ialah kondisi kekurangan nutrisi sel mulai melakukan perusakan
terhadap protein yang rusak ataupun tua di dalam tubuh. Ketika kadar insulin
dalam tubuh menurun, glucagon mulai bekerja dan membersihkan sisa-sisa sel yang
telah mati atau rusak. Selama proses ini, tubuh harus terbebas dari makanan
atau minuman minimal selama 12 jam, sesuai dengan durasi berpuasa umat Muslim
pada umumnya.
Puasa memiliki banyak manfaat dan dapat menurunkan faktor risiko penyakit jantung. Hal tersebut karena orang yang berpuasa secara rutin akan dapat mengendalikan diri terhadap apa yang ingin dimakan dan diminumnya. Selain itu, Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin, dimana Adrenalin selama ini dikenal berhubungan erat dengan keadaan tegang, marah, stress, takut serta jengkel dan memiliki efek yang tidak baik bagi kesehatan organ tubuh manusia seperti otot empedu, pembuluh darah perifer, pembuluh darah koroner, tekanan darah arterial dan volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung.
Sedangkan Manfaat lain dari puasa untuk Kesehatan jantung, antara lain ;
- Kadar kolesterol menurun
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan Ramadan, dimana kadar kolesterol total menurun dari 193.4±51 mg/dl menjadi 184.3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan juga penurunan LDL. Sebaliknya didapatkan peningkatan lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan sebesar 30-40% pada penderita penyakit jantung.
- Menurunkan tekanan darah
Pada kondisi tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal. Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, yang akhirnya terjadi gagal jantung. Dalam suatu penelitian selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg.
- Menurunkan kadar homosistein darah
Homosistein adalah salah satu asam amino alami dimana bila kadarnya tinggi dalam darah bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, sehingga bisa terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Walaupun tidak signifikan, namun terdapat penurunan kadar homosistein darah saat seseorang berpuasa.
- Menghindari Tubuh Mengalami Resistensi Insulin
Manfaat puasa lainnya adalah membuat tubuh lebih bijak dalam menggunakan gula, sehingga ini bisa menghindari tubuh mengalami resistensi insulin yang berujung jadi diabetes melitus. Jika kondisi metabolisme gula terkontrol dengan baik, maka tubuh akan jauh dari risiko terjadinya penyakit jantung. Selain itu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola makan menjadi dua kali sehari selama bulan Ramadan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin pada penderita diabetes.
- Mengontrol berat badan
Obesitas
merupakan salah satu faktor terjadinya sindroma metabolik, yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah serta diabetes melitus.
Berpuasa dapat menahan makan sehingga berat badan bisa terkontrol dengan baik,
dengan demikiankemungkinan terjadinya penyakit jantung pun semakin kecil.
Suatu
penelitian di Qatar yang dilakukan selama 10 tahun, sebanyak 2.160 pasien yang
mengalami gagal jantung diperhatikan kondisi fisiknya selama berpuasa. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa berpuasa tidak memiliki dampak buruk bagi
fungsi jantung maupun kesehatan organ lainnya.
Rami
dkk melakukan penelitian observasional prospektif mengenai efek puasa Ramadhan
pada pasien dengan gagal jantung kronis dengan fraksi ejeksi kurang dari 40
persen. Fraksi ejeksi adalah pengukuran
darah yang dipompa keluar dari ventrikel, normalnya lebih dari 50 persen.
Terdapat 249 penderita dengan gejala gagal jantung yang melakukan rawat jalan
di tiga klinik. Dari 249 penderita, 227 pasien menjalani ibadah puasa selama
Ramadhan. Peneliti mengamati kepatuhan peserta dalam membatasi cairan dan garam
serta mengonsumsi obat sejak sebelum, selama, dan sesudah Ramadhan. Hasilnya,
209 pasien (92%) tidak mengalami perubahan atau gejala gagal jantung membaik,
sementara 18 pasien (8%) kondisinya memburuk, disebabkan oleh ketidakdisiplinan
mengikuti aturan pembatasan cairan dan garam, juga kurang patuh mengonsumsi
obat-obatan.
Walaupun puasa tidak menimbulkan efek samping yang buruk pada penderita penyakit jantung, ada beberapa hal yang sebaiknya penderita tersebut tidak berpuasa, diantaranya adalah sering mengalami nyeri dada berulang dalam waktu dekat, sering mengalami kelelahan, sesak napas, atau perlu minum obat diuretik lebih dari 3 kali sehari, baru mengalami serangan jantung atau operasi jantung, atau mengalami gangguan irama jantung yang menyebabkan penderita tersebut harus mengonsumsi rutin obat anti aritmia. Namun demikian, bagi penderita gangguan jantung yang ingin menjalani ibadah puasa disarankan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Penderita dengan tekanan darah tinggi dapat ikut berpuasa, selama tidak memiliki komplikasi serius, tentu saja tetap minum rutin obat-obatan.
Pengaturan obat-obatan jantung selama berpuasa
Obat-obatan
jantung harus tetap dikonsumsi secara rutin selama bulan puasa untuk menurunkan
risiko terjadinya komplikasi akibat penyakit jantung. Ada beberapa obat-obatan
yang perlu penyesuaian, tentunya harus konsultasi dengan dokter terlebih
dahulu, seperti ; Obat pengencer darah, Obat anti kolesterol, Diuretik, Obat
anti hipertensi
Makanan yang sebaiknya dikonsumsi saat berbuka dan sahur
Saat
sahur dan berbuka, sebaiknya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, karena
mengandung kalium yang dapat mengurangi efek natrium atau garam pada tekanan
darah. Beberapa jenis makanan yang mengandung banyak kalium adalah: pisang,
jeruk, melon, blewah, terong, mentimun, dan sayuran hijau. Namun makanan tinggi
kalium juga harus diwaspadai pada penderita gagal ginjal kronik.
Pada
penderita dengan hipertensi, tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang
kandungan garamnya tinggi, baik saat sahur maupun berbuka karena garam dapat
memicu kenaikan tekanan darah secara cepat. Pembatasan asupan garam dalam
makanan setidaknya 2 gram per hari, atau sekitar satu sendok teh.
Gandum
utuh atau biji-bijian yang utuh adalah sumber serat yang sangat baik yang
berperan mengatur tekanan darah dan kesehatan jantung. Sehingga bisa menjadi
pilihan menu makanan saat sahur dan berbuka.
Mengurangi
konsumsi lemak jenuh dan lemak trans saat berbuka dan sahur sangat penting
untuk membantu mengurangi kolesterol di dalam tubuh. Tingginya kadar kolesterol
bisa menimbulkan plak di pembuluh darah yang bisa meningkatkan risiko penyakit
jantung atau stroke. Sebaiknya mengonsumsi
sumber lemak yang dapat meningkatkan HDL (kolesterol baik) seperti
alpukat, almond, minyak zaitun, minyak canola.
Sumber protein rendah lemak seperti daging tanpa kulit atau lemak, ikan, telur, kacang kedelai, tahu, tempe, susu skim atau rendah lemak dapat dipilih untuk mencegah meningkatnya kolesterol. Pada penderita hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan minuman bersoda.
Olahraga saat berpuasa
Saat
berpuasa sebaiknya olahraga dilakukan dengan intensitas ringan sampai sedang,
30 menit 3-5 kali dalam seminggu. Penentuan intensitas ini bisa dilakukan
dengan pengukuran nadi dengan rumus 70% x Maximal HR (heart rate = denyut
nadi). Rumus daripada maximal HR adalah 220-umur. Contoh, pada penderita usia
50 tahun, maka maximal HR adalah 220-umur (50 tahun) = 170. Jika intensitas
sedang maka denyut nadi yang disarankan maksimal 70% x 170 = 119 kali permenit.
Cara lain adalah dengan tes bicara, dimana dikatakan intensitas sedang bila
dapat mempertahankan pembicaraan atau mengatakan kalimat tanpa
terengah-terengah saat berolahraga, akan tetapi sudah tidak dapat bernyanyi.
Olahraga
pagi boleh dilakukan asalkan intensitas ringan seperti jalan kaki, bisa saja
dilakukan sore hari, namun hati-hati karena gula darah terendah saat menjelang
berbuka. Olahraga juga dapat dilakukan malam hari 2 jam setelah makan.
Tips aman berpuasa pada penderita jantung
Selama
bulan puasa, sebaiknya konsumsi makanan secukupnya, porsi kecil, dan tidak
melakukan “balas dendam” saat berbuka puasa. Kurangi makanan berlemak dan
banyak garam, seperti gorengan atau makanan cepat saji. Perbanyak sayuran dan
buah-buahan, makanan berserat seperti gandum atau biji-bijian. Luangkan waktu
untuk beristirahat dan tidur yang cukup, minum air setidaknya 8 gelas sehari,
kecuali bila dokter menyarankan pembatasan cairan pada kondisi gagal jantung.
Dan yang terpenting adalah periksakan diri ke dokter bila terdapat keluhan atau
konsultasi terhadap obat-obatan rutin yang dikonsumsi.
Sementara itu,ketika bulan Puasa Ramadhan, adakah penderita DM ( Kencing Manis ) bisa berpuasa dan bagaimana dosis pengobatannya?
Menurut
studi EPIDIAR (Epidemmiology of Diabetes and Ramadhan) yang meneliti 12.243 pasien
diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan, 43% pasien diabetes melitus (DM) tipe
1 dan 79% pasien DM tipe 2 berpuasa selama Ramadhan. MEmang penderita diabetes
yang berpuasa beresiko memiliki efek samping seperti hipoglikemia,
hiperglikemia, dengan atau tanpa ketoasisdosis dan dehidrasi. Resiko ini akan
meningkat pada periode berpuasa yang lama.
Sebenarnya
selama kadar gula darah terkontrol dengan baik sebelum puasa, aman bagi
penderita diabetes untuk berpuasa. Lima hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan pasien diabetes yang menjalankan puasa, yakni :
-
Tatalaksana bersifat individual
-
Pemantauan teratur kadar gula darah
-
Nutrisi tidak boleh berbeda dari kebutuhan harian
-
Olahraga tidak boleh berlebihan
-
Penderita harus tahu kapan membatalkan Puasa
Penderita
diabetes yang ingin tetap menjalankan Puasa Ramadhan, perlu konsultasi kepada
dokter, apakah termasuk pasien berisiko tinggi mengalami efek samping atau
tidak. Setidaknya 3 bulan sebelum puasa Ramadhan harus sudah direncanakan, agar
bisa dinilai beberapa hal :
-
Pemeriksaan Gula darah dan HbA1c
-
Pemeriksaan komplikasi dan kondisi komorbid lain yang dapat memperburuk akibat
yang berkepanjangan.
-
Perubahan diet dan perencanaan makan berdasar kebiasaan dengan tetap menjaga
jumlah kalori harian
-
Kemungkinan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit juga perlu diperhatikan.
Dosis dan cara Pemakaian Obat berkhasiat hipoglikemik Oral maupun suntikan juga mengalami perbedaan antara saat tidak puasa dengan saat puasa Ramadhan.
Lalu,
Pertanyaannya,
-
Bagaimana penentuan atau stratifikasi penderita DM berdasar resiko efek
samping?. Apakah termasuk resiko sangat tinggi, resiko tinggi, resiko moderat
atau resiko rendah sehingga lebih tenang menjalankan puasa?..
-
Kalau ada perbedaan dosis dan cara pemakaian Obat berkhasiat hipoglikemik Oral
maupun suntikan, bagaimana detailnya?..
Silahkan anda ber konsultasi dengan tenaga medis seperti Dokter yang rutin menangani keluhan Diabetes Mellitus anda.
Nigellive ; isi nigella sativa dan olive oil. |
Madu Arab lemon,khasiat ; Penyembuhan Flu, anti bakteri,peningkat stamina, membantu diet, mengurangi asam lambung tinggi, membantu kesehatan paru dan saluran napas. |
Minyak Habbatussauda |
Salmonlive isi; Salmon oil, nigella sativa, olium olivarum |
Madu arab |
Golden sea cucumber ; jellymat ( teripang ) |
Habbasyi Plus isi ; Habbatussauda, bee pollen, tanaman pegagan
|
Untuk mengetahui hasil penelitian ilmiah produk tersebut, bisa anda kunjungi ( klik ) tautan berikut ;
Sumber :
- web eramuslim
- web kemenag
- habbts int co ltd property of marketing-
0 comments:
Posting Komentar