Penyakit Tuberkulosis / Tuberculosis ( TBC ) adalah infeksi nekrotik dengan gambaran patologi khas tuberkel akibat infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang terutama sekali menyerang pulmo, meskipun bisa juga menyebar dan menyerang organ lain seperti : ginjal,traktus gastrointestinal, tulang, otak, bahkan genital.Tuberkulosis sebagai penyakit multisistemik dengan banyak presentasi dan manifestasi, merupakan penyakit infeksius sebagai penyebab kematian paling banyak dijumpai di dunia. Tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. Sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB per tahunnya di dunia.
Saat Ini, di Indonesia, Penyakit tuberkulosis (TBC) menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes, dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia, baru 49% yang ditemukan dan diobati sehingga terdapat sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan. Serta, sebanyak 91% kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya.
a. Klasifikasi TB ;
- Didasarkan pada organ tubuh yang terkena. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus. Sementara TB ekstra paru adalah penyakit TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misal ; pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain.
- Berdasarkan perjalanan penyakit, TB paru diklasifikasikan sebakai TB Paru primer dan TB paru post primer.
BACA JUGA : Kasus Darurat Paru Balkesmas (eks BKPM dan BP 4 ) yang bisa ditangani dokter umum "plus" dan yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
- Tanda dan Gejala
- Diagnosis
- Prosedur pengumpulan dan pemeriksaan Dahak
Pengambilan dahak S (Sewaktu) dilakukan pada hari yang sama saat menyerahkan dahak pagi di instalasi laboratorium dahak fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju.
- Cara Berdahak
- Diagnosis Cepat TB
- alat Gene Xpert ( Tes Cepat Molekuler / TCM ) Untuk menegakkan secara cepat Penyakit tuberkulosis ( TBc ) dan tuberkulosis resistan Obat. Dimana alat Gene Xpert ini merupakan ;
- Pengobatan TB
a. Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat berupa Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) selama 2 bulan.b. Dilanjutkan dengan pemberian Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan pada fase lanjutan. Pemberian obat fase lanjutan diberikan sebagai dosis harian (RH) sesuai dengan rekomendasi WHO.Untuk menunjang kepatuhan berobat, paduan OAT lini pertama telah dikombinasikan dalam obat Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Jumlah tablet KDT yang diberikan dapat disesuaikan dengan berat badan pasien, yang sudah disediakan panduan oleh Kemenkes RI dalam etiket Paket OAT.International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarankan untuk mengganti paduan obat tunggal, dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB Primer sejak tahun 1998.
Memang, penyakit Tuberculosis yang sudah lama dikenal di Dunia utamanya Indonesia, membutuhkan penanganan yang sistematis. Perlu strategi atau cara untuk penanggulangan TB yang efektif, agar tidak timbul kondisi TB RO ( TB Resistan Obat ). Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk menyembuhkan pasien dan mencegah terjadi TB-RO. Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioritas utama WHO.Karena , terdapat Faktor- faktor penyebab Resistansi OAT antara lain :a. Pemberi jasa (petugas kesehatan), yaitu karena:− Diagnosis tidak tepat.− Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat.− Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat.− Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat.b. Pasien, yaitu karena: − Tidak mematuhi anjuran dokter / petugas kesehatan. − Tidak teratur menelan paduan OAT. − Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya. − Memiliki gangguan penyerapan obat. c. Program Pengendalian TB, yaitu karena: − Persediaan OAT yang kurang. − Rendahnya kualitas OAT yang disediakan.
BACA JUGA : Kasus Darurat Paru Balkesmas (eks BKPM dan BP 4 ) yang bisa ditangani dokter umum "plus" dan yang memerlukan penanganan lebih lanjut , serta tersedia Konsultasi Dokter Online (Telemedicine), Aman untuk situasi Pandemi Covid-19.
h. Peringatan hari TB sedunia / World TB Day , 24 Maret setiap tahun serta beberapa program baru.
Tahun 2022 ini, pada bulan Maret ( Yang diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia atau World TB Day, 24 Maret Setiap Tahun nya), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI menyatakan bahwa ; "Saat ini tengah diupayakan melakukan pengadaan alat-alat yang dibutuhkan untuk rencana skrining TBC besar-besaran yang akan dilakukan tahun ini terhadap 500 ribu kasus yang belum ditemukan. Skrining dilakukan dengan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien, termasuk bi-directional testing bagi penderita diabetes agar mereka mendapatkan pengobatan TBC sedini mungkin serta bisa mendukung percepatan eliminasi TBC di tahun 2030,
Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahayanya penyakit tuberkulosis, diadakan peringatan hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) atau World Tuberculosis Day yang jatuh di setiap tanggal 24 Maret setiap tahun nya oleh Seluruh Dunia Termasuk Negara Tercinta, Republik Indonesia.
Dikutip dari laman detik health, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui website resminya, menyatakan bahwa Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2022 mengangkat tema 'Invest to End TB. Save Lives.' Tema ini diambil untuk menyampaikan kebutuhan mendesak dalam menginvestasikan sumber daya demi meningkatkan perjuangan dan mengakhiri tuberkulosis.
Hal ini sangat penting dalam konteks pandemi COVID-19 yang telah membahayakan kemajuan End TB, serta mematikan akses yang adil dalam pencegahan dan perawatan sesuai upaya WHO untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal. Semakin banyak investasi, semakin bisa juga menyelamatkan jutaan nyawa hingga mempercepat mengakhiri epidemi tuberkulosis.
Pedoman terbaru untuk pengelolaan TB pada anak dan remaja yang dirilis oleh WHO, Bersamaan World Tuberculosis Day 2022, menyoroti rekomendasi baru yang berpusat pada pasien untuk diagnosis, pengobatan dan pencegahan. Rekomendasi terbaru adalah:
- Pengujian diagnostik telah diperluas untuk mencakup spesimen non-invasif, seperti tinja.
- Diagnostik molekuler cepat direkomendasikan sebagai tes awal diagnosis TB pada anak dan remaja.
Anak-anak dan remaja yang memiliki bentuk TB yang rentan terhadap obat yang tidak parah sekarang direkomendasikan untuk dirawat selama empat bulan, bukan enam bulan, serta meningitis TB, di mana rejimen enam bulan sekarang direkomendasikan alih-alih 12 bulan. Ini mempromosikan pendekatan yang berpusat pada pasien yang akan mengurangi biaya perawatan TB untuk anak-anak, remaja dan keluarga mereka.
Dua obat TB terbaru untuk mengobati TB yang resistan terhadap obat (bedaquiline dan delamanid) sekarang direkomendasikan untuk digunakan pada anak-anak dari segala usia, sehingga memungkinkan anak-anak dengan TB yang resistan terhadap obat untuk menerima rejimen pengobatan oral tanpa memandang usia mereka.
Model baru perawatan TB yang terdesentralisasi dan terintegrasi juga direkomendasikan, yang akan memungkinkan lebih banyak anak dan remaja untuk mengakses perawatan TB atau pengobatan pencegahan, lebih dekat dengan tempat tinggal mereka, Karena TB tetap menjadi salah satu pembunuh menular paling mematikan di dunia.
Mengakhiri TB membutuhkan tindakan bersama oleh semua sektor. Pada Hari TB Sedunia, WHO menyerukan kepada semua orang- individu, komunitas, masyarakat, donor dan pemerintah untuk melakukan bagian mereka untuk mengakhiri TB.
Momen peringatan World Tuberculosis Day ini menjadi penting bagi seluruh masyarakat Indonesia agar lebih menjaga kesehatan , mengurangi faktor resiko sehingga terhindar dari penyakit TBC. Berdasarkan WHO Global TB Report 2020, salah satu faktor risiko tertinggi penyebab penyakit TBC adalah kurang gizi.
TBC dan stunting merupakan hal yang tidak terpisahkan, sehingga sangat penting untuk dilakukan harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030 dan Penurunan Prevalensi Stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Semoga dengan Rahmat Alloh, Tuhan Yang Maha Esa, segala Upaya, niat baik dan kerjasama yang erat antar pihak, bisa terlaksana dengan baik di Negara tercinta, Republik Indonesia, Aamiin Ya Mujibas Sailin.
Sumber :
- Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. 2020. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resistan Obat : Jakarta ,Kementerian Kesehatan RI - WHO.2022. On World TB day WHO calls for increased investments into TB services and research. dalam laman WHO News - Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. 2022. Tahun ini, Kemenkes Rencanakan Skrining TBC Besar-besaran. dalam web kemkes - Malueka, R G. 2006. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka Cendekia press. Hal : 51-4
- Burhan, E, Vinna N T. 2015. Dalam Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest . Jakarta : Etika Media Utama, hal : 50-64
- PMK RI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT- Rahmadania, SR.2022. Hari Tuberkulosis Sedunia 2022: Sejarah dan Temanya. dalam laman detil health. - Sulaiman, MR & Dini, AE.2022. Hari Tuberkulosis Sedunia 2022: Bisakah TBC dan Covid-19 Masuk ke Tubuh Bersamaan?.dalam laman suara- PDPI. 2021. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.Jakarta
0 comments:
Posting Komentar