Edit Terakhir Pada ; 9 Januari 2022 , 11 : 03 WIB
Logo Dirgahayu Republik Indonesiake-76, “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”
Saat ini, Data Demografi Indonesia menunjukkan, Pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia 248.818.100 jiwa dan menjadi 255.461.700 jiwa pada tahun 2015 serta mencapai 268.076.600 jiwa pada tahun 2019. Rata-rata usia harapan hidup ketika lahir pada tahun 2015 mencapai 70,1 tahun dan pada tahun 2019, 70,9 tahun. Indonesia akan menjadi negara urutan ke-empat di dunia dengan proporsi penduduk usia lanjut paling banyak, yaitu 21.695.400 pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 25.901.900 pada tahun 2019 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 ). Perubahan demografi dan epidemiologi yang ditandai dengan urbanisasi, industrialisasi, peningkatan pendapatan, peningkatan tingkat pendidikan, kemajuan teknologi kedokteran serta teknologi kesehatan masyarakat akan beresiko menimbulkan Fenomena Transisi Kesehatan yang tidak bisa disepelekan dampaknya.
Selain faktor kependudukan, pergeseran pola kependudukan masyarakat Indonesia membuat pola penyakit juga mengalami pergeseran termasuk penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) ,dimana dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang jelas. Pergeseran pola kependudukan masyarakat yang dimaksud adalah berubahnya tipe masyarakat, dari yang agraris menuju industri utamanya di kota-kota besar dimana banyak ketegangan jiwa, kebiasaan hidup kurang gerak, berubahnya pola makan ke arah konsumsi tinggi lemak, serta kebiasaan merokok (ini juga akan memicu masalah yang rumit bagi kesehatan paru dan saluran napas).
Penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak kejadiannya di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah tinggi (hipertensi). Ditambah akhir akhir ini, penyakit jantung bawaan juga semakin banyak ditemukan karena perbaikan diagnostik dan pelayanan perawatan perinatal.
|
Staf medis jonadoctor, kesehatan dan bisnis mengikuti seminar dan workshop WECOC 30th 2018 |
Namun, pengobatan dan tindakan untuk penyakit jantung memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan sebuah obat dengan kandungan sildenafil yang bisa digunakan pada kasus-kasus penyakit jantung bawaan dan atau dengan penyakit Hipertensi arteri pulmonal (Pulmonary arterial Hypertension), harga per-tabletnya bisa di atas 200 ribu rupiah dan belum di cover oleh asuransi kesehatan milik pemerintah.
Salah satu jenis penyakit jantung dan pembuluh darah yang cukup sering kejadiannya di Indonesia dan Dunia adalah Hipertensi. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila Tekanan Darah Sistolik =140 mmHg dan atau Tekanan Darah Diastolik =90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan alat pengukur tekanan darah yang tervalidasi/kalibrasi setiap 6-12 bulan. Hipertensi adalah suatu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34.1% ( sebanyak 63 juta orang, dimana hanya 54,4 % dari yang terdiagnosis hipertensi yang rutin minum obat ) dibandingkan 27.8% pada Riskesdas tahun 2013. Saat ini,yang tidak kalah menarik perhatian, sudah tidak berlaku lagi pernyataan bahwa kardiovaskular adalah penyakit kaum pria. Penyakit jantung telah menjadi penyebab utama kematian pada wanita, di banyak negara maju.
Pada 2007, penyakit kardiovaskular menyebabkan satu kematian per menit pada wanita di Amerika Serikat ( lebih banyak dari kanker, penyakit saluran napas bawah kronis, penyakit Alzheimer dan kecelakaan ). Data dari American Heart Association menunjukkan bahwa hipertensi sebagai penyebab kematian, lebih tinggi angka kejadiannya pada wanita daripada pria. Pada wanita pengguna kontrasepsi oral, angkanya 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral. Wanita premenopause memiliki risiko dan insiden hipertensi yang lebih rendah dibanding pria, pada usia yang sama. Kelebihan pada wanita ini secara gradual menghilang, setelah menopause. Setelah berusia 65 tahun, lebih banyak wanita menderita hipertensi dibanding laki-laki. Dan, angka ini akan terus meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Pada wanita berusia antara 65 dan 74 tahun, prevalensi hipertensi sebesar 58%, Sekitar 40% kasus stroke, 39% kasus infark miokard dan 28% penyakit ginjal tahap akhir disebabkan oleh hipertensi.
Lebih lanjut hipertesi, karena angka prevalensinya yang tinggi, berkontribusi lebih besar meningkatkan beban terhadap populasi dengan gagal jantung daripada infark miokard. Penelitian Rotterdam mengindikasikan bahwa hipertensi merupakan faktor yang lebih berkontribusi pada wanita dibanding pria. Angka mortalitas 5 tahun setelah onset gagal jantung hipertensif pada wanita adalah tinggi, sekitar 69%. Tapi, pengobatan hipertensi dapat menurunkan insiden gagal jantung sampai sekitar 50%. Pada Women’s Health Initiative, determinan utama prevalensi hipertensi adalah ras kulit hitam, status ekonomi yang rendah, riwayat penyakit kardiovaskular, dan faktor risiko kardiovaskular, seperti tidak banyak bergerak, kelebihan berat badan/obesitas, dan mengonsumsi alkohol berlebihan.
Pada pasien yang sering rutin kontrol memeriksakan kondisi kesehatan di pelayanan kesehatan sekitar Solo Raya ( eks karesidenan Surakarta ) yaitu di Balkesmas / Balai Kesehatan Masyarakat ( eks Balai Paru ) di Wilayah Solo Raya, proporsi kasus penyakit tidak menular ( PTM ) tertinggi pada tahun 2017 adalah Hipertensi, dengan prosentase 55,79 % dibanding penyakit tidak menular lain nya. Bila dipantau perkembangan jumlah kasus nya,terjadi peningkatan kasus Hipertensi pada tahun 2017 dibanding tahun 2015 dan 2016. Oleh karena itu meskipun munculnya penyakit hipertensi bisa karena banyak faktor, termasuk herediter ( keturunan ),sebagai warga negara yang baik , utamanya tenaga medis wajib ikut mengobati dan membantu turunnya tekanan darah akibat hipertensi, baik melalui upaya promotif preventif ( pencegahan timbulnya penyakit) , maupun kuratif rehabilitatif ( pengobatan dan perawatan memburuknya penyakit ).
Di Indonesia sendiri sudah ada perkumpulan para ahli kedokteran khusus penyakit hipertensi , yaitu INaSH ; Indonesian Society of Hypertension, yang akan senantiasa memberikan update penanganan Hipertensi secara medis. Pasien wajib menaati pengobatan yang diberikan oleh dokter untuk menurunkan tekanan darah yang meningkat karena penyakit Hipertensi. Selain itu, juga wajib menerapkan prinsip hidup sehat ( life style ) yang mendukung program penurunan tekanan darah dan mencegah naik nya tekanan darah melebihi angka normal. Mengatur waktu istirahat yang cukup dan Mengurangi munculnya stres dalam menjalani permasalahan hidup termasuk hal yang bisa membantu mencegah munculnya hipertensi. Meningkatkan Ibadah kepada Alloh, Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing juga wajib rutin dilakukan agar dapat mengurangi stress mental dan fisik.
Tindak lanjut pasien hipertensi yang sudah mendapat pengobatan dari dokter terdiri dari pemantauan efektivitas pengobatan, kepatuhan dalam berobat, serta deteksi dini HMOD ( Hypertension-Mediated Organ Damage, hipertensi derajat 3 atau terdapat bukti kerusakan target organ akibat hipertensi , dimana angka tekanan darahnya cukup tinggi ) Setelah inisiasi pengobatan hipertensi, tekanan darah seharusnya turun dalam 1-2 minggu dan target tercapai dalam 3 bulan.
Jika tekanan darah sudah mencapai target, frekuensi kunjungan dapat dikurangi hingga 3-6 bulan sekali. Jika tekanan darah ditemukan meningkat pada saat kontrol, perlu diidentifikasi penyebabnya. Kenaikan tekanan darah dapat disebabkan antara lain oleh ketidakpatuhan dalam berobat, konsumsi garam berlebih ( penggunaan natrium (Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari, setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur) , atau konsumsi zat dan obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah atau mengurangi efek obat antihipertensi (alkohol, OAINS/ obat anti inflamasi non steroid ). Setelah berbagai kemungkinan lain disingkirkan dan dokter meyakini bahwa kenaikan tekanan darah diakibatkan oleh pengobatan yang tidak efektif, maka perlu dilakukan peningkatan regimen obat-obatan sesuai kondisi pasien. Pasien dengan hipertensi juga harus dihimbau secara berkala untuk memperbaiki gaya hidup, antara lain penurunan berat badan, diet sehat rendah garam dan rendah lemak, peningkatan aktivitas fisik dan olahraga, serta penurunan konsumsi tembakau. Penghentian merokok terutama sangat bermanfaat untuk mencegah risiko kardiovaskular.
Apakah pasien penderita Hipertensi wajib minum obat terus menerus?. Pertanyaan seperti ini akan sering dilontarkan pasien yang sudah lama mendapat obat penurun tekanan darah tinggi. Memang dalam realita di lapangan, pasien dengan hipertensi mendapat obat yang rutin diminum setiap hari, adakalanya akan dilakukan penurunan dosis oleh dokter. Penurunan dosis obat dilakukan secara bertahap dengan pemantauan tekanan darah rutin untuk menentukan dosis efektif terkecil.
workshop pediatric cardiology and congenital heart disease WECOC 30th 2018
Oleh karena itu dengan momen peringatan Hari Ulang Tahun ( HUT ) Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-76 di tanggal 17 Agustus 2021 ini, ( dimana staf medis Jonadoctor, Kesehatan dan Bisnis yang pernah berpartisipasi menjadi peserta Seminar dan workshop acara WECOC (weekend course on cardiology) ke -30 di Sheraton Grand Gandaria City Jakarta Selatan ) senantiasa ber upaya, agar dalam memeriksa dan memberikan pelayanan kesehatan (baik promotif , preventif, kuratif dan rehabilitatif ) kepada pasien-pasien penyakit paru, pernapasan dan kardiovaskular ( jantung dan pembuluh darah ) di BALKESMAS / Balai Kesehatan Masyarakat ( eks Balai Paru ) menggunakan ilmu yang senantiasa update, serta bisa turut mendukung peningkatan Derajat Kesehatan masyarakat termasuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Terlebih pada situasi adaptasi kebiasaan baru karena pandemi covid-19, dimana penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah ( termasuk hipertensi ) yang tidak terkendali / tidak terkontrol, merupakan salah satu komorbid memberatnya penyakit infeksi covid 19.
Infeksi COVID-19 ditengarai memiliki manifestasi kardiak yang serupa dengan Wabah virus korona sebelumnya seperti severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle east respiratory syndrome (MERS). Otopsi dari pasien dengan infeksi COVID-19 menunjukkan adanya infiltrasi sel inflamasi mononuklear interstisial pada miokardium. Menurut patofisiologinya ( perjalanan penyakit ), Infeksi COVID-19 berkaitan dengan peningkatan kadar penanda biologis kardiak akibat cedera kardiak. Cedera miokardial dan peningkatan kadar penanda biologis diduga berkaitan dengan miokarditis dan iskemia terinduksi infeksi. Pada studi oleh Shi dkk, pada 416 pasien dimana 57 pasien diantaranya meninggal dunia, cedera kardiak merupakan temuan yang umum terjadi (19,7%). Pada pasien yang meninggal, 10.6% memiliki penyakit jantung koroner (PJK), 4.1% memiliki gagal jantung, dan 5.3% memiliki PSV. Terlebih, pada analisa multivariat, cedera kardiak berkaitan secara independen dan signifikan dengan kematian (hazard ratio [HR]:4.26). Serupa juga dengan studi oleh Guo dkk, peningkatan kadar troponin T akibat cedera kardiak berkaitan dengan mortalitas yang lebih tinggi secara bermakna. Pasien tersebut umumnya berjenis kelamin pria, lebih tua dan memiliki komorbiditas lebih banyak seperti hipertensi, PJK. Infeksi COVID-19 berat juga diduga berkaitan dengan aritmia kardiak setidaknya sebagai akibat dari miokarditis terkait infeksi.
Selain komplikasi akut, infeksi COVID-19 juga berkaitan dengan peningkatan risiko KV jangka panjang. Sudah cukup banyak bukti bahwa pada pasien dengan pneumonia, hiperkoagulabilitas dan aktivitas inflamasi sistemik dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama. Terlebih lagi, studi pemantauan dari epidemi SARS menunjukkan bahwa pasien dengan riwayat infeksi SARS-coronavirus kerap memiliki hiperlipidemia, gangguan sistem KV atau metabolisme glukosa.
Sementara menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/413/2020 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) , masing-masing individu di Negara Indonesia memiliki peran dalam memutus rantai penularan Pandemi Covid 19 ini dengan sadar, ikhlas, dan taat menerapkan upaya PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENULARAN baik secara Individu maupun pada komunitas. Hal ini disebabkan karena Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 –30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional.
g. Tetap ber konsultasi dengan pakar dan praktisi kesehatan resmi seperti dokter sebelum melakukan penanganan atau konsumsi obat dan atau suplemen kesehatan untuk mencegah dan mengobati penyakit utamanya COVID 19 ini, sehingga dapat dihindarkan dari berita medis HOAX dan kesalahan dosis pengobatan.
Juga tidak kalah penting, kita wajib mendukung program vaksinasi covid -19 yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah. Meskipun ada sebagian masyarakat memiliki penyakit penyerta, lebih baik tetap berkonsultasi dengan dokter agar tetap bisa mengikuti vaksinasi COVID - 19 selama kondisi badan stabil dan tidak ada kontraindikasi untuk vaksin.
|
Kekebalan tubuh bukan hanya antibodi saja, vaksin membantu mempersiapkan imunitas adaptif / spesifik |
|
Bagaimana cara kerja vaksin Covid - 19 ? |
Sedangkan, pencegahan terhadap penularan covid 2019 pada fasilitas umum maupun tempat berolahraga, dapat menerapkan protokol sesuai dengan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/382/2020, beberapa hal sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh di semua pintu masuk pusat perbelanjaan. Jika ditemukan pekerja atau pengunjung dengan suhu > 37,3 oC (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit) tidak diperkenankan masuk. Petugas pemeriksa suhu menggunakan masker dan pelindung wajah (faceshield). Pelaksanaan pemeriksaan suhu agar didampingi oleh petugas keamanan.
2. Apabila ditemukan suhu > 37,3 oC (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan masuk kecuali dinyatakan negatif / nonreaktif COVID-19 setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan RT-PCR yang berlaku 7 hari atau rapid test yang berlaku 3 hari, sebelum masuk ke hotel.
3. Jika tetap memakai AC maka perlu diperhatikan tingkat kelembaban udara di dalam ruangan ( memakai alat dan cairan humidifier ) dan mengatur sirkulasi udara sebaik mungkin agar tetap kering. Disarankan menggunakan alat pembersih udara/air purifier.
( Lebih lengkap mengenai alat kesehatan termometer non kontak dan Humidifier, bisa anda kunjugi laman ; Besarnya Manfaat Alat Kesehatan ( utamanya Alat Suntik Tanpa Jarum / Needle Free Injector ) , menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan , utamanya untuk melindungi manusia dari Infeksi Covid 19 ( coronavirus disease 2019 )
4. Pada kegiatan olahraga yang dilakukan masyarakat secara individu di luar rumah saat pandemi ; Memperhatikan jaga jarak:
a) Olahraga yang dilakukan tanpa berpindah tempat atau olahraga yang dilakukan dengan posisi sejajar minimal 2 meter dengan orang lain.
b) Jalan kaki dengan jarak ± 5 meter dengan orang di depannya.
c) Berlari dengan jarak ± 10 meter dengan orang di depannya.
d) Bersepeda dengan jarak ± 20 meter dengan orang di depannya
Pada ahirnya, Kami hanya bisa mengajak kepada seluruh Masyarakat Indonesia, untuk senantiasa bisa meneladani Jiwa nasionalisme dan patriotisme, Para Pahlawan Nasional yang sudah gugur mendahului,serta terus berdoa kepada Alloh, Tuhan Yang Maha Esa, agar Republik Indonesia menuju Bangsa Indonesia yang Sehat, Maju, ber martabat, menjunjung tinggi nilai agama yang lurus, hukum kebenaran, dan nilai sosial yang baik. Sehingga Untuk menjadi bangsa yang maju sangat dibutuhkan tingkat kesehatan yang prima baik pemerintah maupun rakyatnya. Utamanya kesehatan jantung dan pembuluh darah dapat meningkat derajatnya, dimana tingkat memburuk dan kematian akibat penyakit jantung bisa berlangsung cepat. Semoga, dengan semangat “Indonesia Tangguh, Indonesia tumbuh” pada Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 , 17 Agustus 2021 ini, mampu mewujudkan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik, guna menciptakan Kesatuan bagi Seluruh Rakyat Indonesia, serta, Rakyat Semakin sehat dari penyakit termasuk Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi, utamanya pada situasi Adaptasi Kebiasaan Baru karena Pandemi Covid 19 ( Corona Virus Disease 2019 ).
Aamiiiinn Ya Mujibas Sailin.
SILAHKAN KONTAK / hubungi kami :
Anda bisa menghubungi kami di dua nomor WA berikut ini :
1. Ny.A.sekar.T, SST ( Paramedis )
2.Tn.Is.Dar, MD ( Medis / Telemedicine dan Bisnis )
Atau di email: jonadoctorspot@gmail.com
Sumber ;
-Rilantono, LI dalam Buku ajar kardiologi, FK UI jakarta
- burhan,e.2021. webinar vaksin covid - 19 dalam rangka Hut pdpi dan hari paru sedunia ( word lung day )
-review staf medis Jonadoctor, kesehatan dan bisnis sebagai peserta dan seminar WECOC 30th dan pengalaman praktik sehari-hari sebagai tenaga medis Balai Paru Klaten ( Daru, Iswan, MD )
- Suradi, dalam Pidato pengukuhan guru besar ilmu kedokteran pulmonologi dan respirasi FK UNS
- staf pengajar kardiologi FK UI divisi pediatric cardiology and congenital heart disease dalam workshop Wecoc 30th
- Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke -75 di seluruh penjuru Tanah air Indonesia
- "wanita dan hipertensi" dalam web ethicaldigest
- Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019 oleh Indonesian Society Of Hypertension.
- trend Penyakit tidak menular di Wilayah Kerja Balkesmas ( eks balai paru ) 2018.
- web tribunnews
- Review Sektor Kesehatan oleh Bappenas, Kemenkes, Badan POM, BKKBN, BPJS kesehatan
- web inaheart
- POLICY BRIEF KESEHATAN Kepala Balkesmas Klaten, 2019. “ Reformasi Sarana Prasarana Balkesmas Wilayah Klaten, Untuk Peningkatan Akses Publik Terhadap Pelayanan Kesehatan Rujukan Yang Berkualitas, Menuju Upaya Kuratif Rehabilitatif Penyakit Yang Maksimal Tanpa Meninggalkan Upaya Promotif Preventif Di Era Jkn”
- Pedoman Visual penggunaan logo peringatan HUT Ke-75 dan BBI serta SE Mensesneg 456 Th 2020,
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/382/2020 TENTANG PROTOKOL KESEHATAN BAGI MASYARAKAT DI TEMPAT DAN FASILITAS UMUM DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
- web tirto
- Web Kumparan
- SGA,co ltd property of market
- zao, J property of market
1 comments:
zakat mal infaq zakat mudah online
Posting Komentar