Tuberkulosis
adalah infeksi nekrotik dengan gambaran patologi khas tuberkel akibat infeksi
bakteri Mycobacterium Tuberculosis
yang terutama sekali menyerang pulmo, meskipun bisa juga menyebar dan menyerang
organ lain seperti : ginjal,traktus gastrointestinal, tulang, otak, bahkan
genital.
Tuberkulosis
sebagai penyakit multisistemik dengan banyak presentasi dan manifestasi,
merupakan penyakit infeksius sebagai penyebab kematian paling banyak dijumpai
di dunia. Tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi
kemanusiaan. Sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta
kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB per tahunnya di
dunia.
- Klasifikasi TB
-
Didasarkan pada organ tubuh yang terkena. TB paru adalah
TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar
pada hilus. Sementara TB ekstra paru adalah penyakit TB yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misal ; pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar
limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin,
dan lain-lain.
- Tanda dan Gejala
Gambaran
klinis terkait dengan TB Paru aktif , antara lain :
-
Batuk
-
Berat badan menurun atau nafsu makan berkurang
-
Demam
-
Keringat malam hari
-
Hemoptisis (batuk darah)
-Nyeri
dada
-
Kelelahan
- Bila
ada dugaan meningitis TB terdapat sakit kepala yang tidak membaik selama 2-3
minggu, perubahan status mental hingga koma beberapa minggu.
- Bila
ada dugaan TB tulang ada sakit punggung, kelumpuhan ekstremitas bawah.
Pada
beberapa orang tua dengan TB, bisa tidak menunjukkan gejala dan tanda di atas.
- Diagnosis
Beberapa
modalitas yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit TB
-
Mantoux tuberculin Test menggunakan PPD (Purified Protein Derivate/Derivate
Protein terpurifikasi) untuk kasus infeksi aktif atau laten.
- Test
darah secara in vitro berdasar interferon gamma release assay (IGRA),
menggunakan antigen spesifik untuk infeksi laten TB.
Dilakukan
Test laboratorium pada pasien yang diduga TB diantaranya dengan :
-
Pemeriksaan Basil TAhan Asam (BTA) dan Kultur menggunakan dahak, yang
diperoleh dari pasien.
- Uji
diagnostik lain yang mungkin dapat dilakukan antara lain ; Specified
enzyme-liked Immunospot (ELIspot),
nucleic acid amplification (NAA) test, atau kultur darah pasien.
- Prosedur pengumpulan dan pemeriksaan Dahak
Untuk
keperluan diagnosis TB yang terkini, dilakukan pengambilan dahak pagi dan sewaktu
( P, S) saja.
Pengambilan
dahak P (Pagi) merupakan dahak yang dikumpulkan di rumah,
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas di Unit
Pelayanan Kesehatan.
Pengambilan dahak S (Sewaktu) dilakukan pada hari yang sama saat menyerahkan dahak pagi di instalasi laboratorium dahak fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju.
Pengumpulan
dahak dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung. Bisa
juga dilakukan di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi
kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius. Sebaiknya dihindari
mengeluarkan dahak di ruang tertutup dengan ventilasi yang buruk, seperti ;
toilet, ruang kerja, ruang umum.
Dahak
yang baik adalah yang berasal dari saluran nafas bagian bawah, berupa lendir
yang berwarna kuning kehijauan (mukopurulen). Pasien berdahak dalam keadaan
perut kosong, sebelum makan/minum, dan membersihkan rongga mulut terlebih
dahulu dengan berkumur air bersih .
Bila
ada kesulitan berdahak , pasien harus diberi obat ekspektoran yang dapat
merangsang pengeluaran dahak dan diminum pada malam sebelum mengeluarkan dahak.
Setelah berhasil mengeluarkan dahak, pasien wajib mencuci tangan.
Pot
yang digunakan sebagai wadah penyimpanan dahak harus bersih dan kering ,
diameter mulut pot 4-5 cm, transparan, bening, bertutup ulir. Pot tidak boleh
bocor.
- Cara Berdahak
Sebelum
berdahak, pasien berkumur dengan air. Bila memakai gigi palsu, harus dilepaskan
terlebih dahulu. Tarik napas dalam-dalam 2-3 kali, dan setiap kali, hembuskan
napas dengan kuat. BUka tutup pot, dekatkan ke mulut, berdahak dengan kuat dan
masukkan ke dalam pot dahak. Tutup pot dengan rapat, dengan memutar
tutupnya.Setelah selesai berdahakm pasien harus mencuci tangan dengan air dan
sabun.
Prosedur
di atas bisa diulang sampai mendapatkan kualitas dahak yang baik dan volume
yang cukup (3-5 ml). Bila ada kesulitan mengeluarkan dahak, bisa dicoba
olahraga ringan terlebih dahulu kemudian
menarik nafas dalam-dalam selama beberapa kali.Bila terasa akan batuk, nafas
ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk. Malam hari sebelum tidur,banyak
minum air. Bisa juga dengan menelan 1 tablet gliseril guaiakolat 200 mg.
Penilaian kualitas contoh uji dahak
secara makroskopis, dilakukan dengan melakukan pengamatan tanpa membuka tutup
pot, petugas laboratorium melihat dahak melalui dinding pot yang transparan
meliputi volume 3,5-5 mL, kekentalan ; mukoid, warna ; hijau kekuningan.
- Diagnosis
Cepat TB
Diagnosis TB Paru yang digunakan saat
ini secara rutin di laboratorium termasuk Rumah Sakit dan Puskesmas, adalah
diagnosis bakteriologis dengan teknik mikroskopis bakteri tahan asam (BTA).
Pulasan BTA Sputum mempunyai sensitifitas yang rendah, terutama TB non kavitas
yang memberikan ke-positif-an 10% pada pasien dengan gambaran klinis TB Paru,
dan 40% penyandang TB paru dewasa mempunyai hasil negatif pada pulasan
sputumnya. Sementara Kultur memerlukan waktu tidak kurang dari 6-8 minggu,
dengan angka sensitivitas 18-30%. Gambaran radiologis pada Foto polos Thoraks
posisi PA (posteroanterior) yang mengarah pada dugaan TB paru akan tampak
bercak semiopak di Suprahiler, perihiler dan parakardial dengan batas tidak
tegas. Tampak Pembesaran limfonodi di lnn. Hillus, lnn.parabronkial,
lnn.paratektal. Foto polos thoraks memberi hasil dengan sensitivitas yang tidak
lebih dari 30% di negara berkembang, kecuali bila ada gambaran infiltrat di
lobus atas dan kavitas sensitifitas nya bisa 80-85 % untuk TB Paru.
Oleh karena itu dibutuhkan alat
diagnostik yang cepat dan yang mempunyai sensitifitas serta spesifitas tinggi
untuk memperbaiki metode diagnostik konvensional, yang selama ini ada.
Diagnosis cepat TB (rapid diagnosis TB) adalah diagnosis cepat M.Tb, yang
dilakukan kurang dari 2 jam. Saat ini berbagai metode baru telah dikembangkan
untuk mendiagnosis cepat TB aktif baik secara genotipe atau molekuler, diantaranya
:
-
Metode
kromatografi
-
Metode
Fagotipik
-
Metode
Genotipe
-
Amplifikasi
DNA konvensional dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
-
Transkripsi
yang dimediasi Amplifikasi (TMA)
-
Reaksi
Rantai Ligase (LCR)
-
Strand
Displacement Amplification (SDA)
-
Uji
hibridisasi Fase padat
-
Real
Time Polymerase Chain Reaction
- alat Gene Xpert ( Tes Cepat Molekuler / TCM ) Untuk menegakkan secara cepat Penyakit tuberkulosis ( TBc ) dan tuberkulosis resistan Obat. Dimana alat Gene Xpert ini merupakan ;
Tes molekuler berbasis PCR ( Polymerase Chain Reaction )
Tes amplifikasi asam nukleat secara otomatis sebagai sarana deteksi TB dan uji kepekaan untuk rifampisin.
Hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu kurang lebih 1-2 jam.
- Pengobatan
TB
Pengobatan TB dilakukan
dengan prinsip OAT, harus diberikan dalam bentuk paduan obat yang adekuat dalam
dosis yang tepat. Pemakaian OAT kombinasi dosis tetap (KDT), lebih
menguntungkan untuk meningkatkan kepatuhan dan sangat dianjurkan. Pengobatan
juga harus dilaksanakan sesuai dengan klasifikasi dan tipe pasien, dilakukan
pengawasan lansung dengan menunjuk pengawas menelan obat (PMO). Pengobatan TB
terbagi dua fase, fase intensif (2-3 bulan), dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama (INH, Rifampisin,
pirazinamid, streptomisin, etambutol) dan obat tambahan seperti ; kanamisin,
amikasin, kuinolon, sikloserin, kapreomisin.
International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarankan untuk
mengganti paduan obat tunggal, dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB
Primer. Beberapa keuntungan penggunaan KDT dalam pengobatan TB antara lain :
-
Penatalaksanaan
TB menjadi lebih sederhana dengan kesalahan pembuatan resep menjadi minimal.
-
Meningkatkan
kepatuhan dan penerimaan pasien, karena jumlah obat yang ditelan jauh lebih
sedikit
-
Peningkatan
kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan TB yang benar dan standar
-
Perbaikan
manajemen obat, karena jenis obat relatif sedikit
-
Mampu
menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal serta kemungkinan terjadinya MDR
TB (Multi Drug Resistance)
-
Dosis
obat dapat disesuaikan dengan berat badan, sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
Memang, penyakit Tuberculosis yang
sudah lama dikenal di Dunia utamanya Indonesia, membutuhkan penanganan yang
sistematis. Perlu strategi atau cara untuk penanggulangan TB yang efektif.
Sumber :
-
Malueka,
R G. 2006. Radiologi Diagnostik.
Yogyakarta : Pustaka Cendekia press. Hal : 51-4
-
Burhan,
E, Vinna N T. 2015. Dalam Semijurnal
Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest . Jakarta : Etika Media Utama, hal :
50-64
- PMK RI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT
DISCLAIMER ;
"Kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kealpaan, namun kami juga manusia yang selalu berusaha belajar menerapkan kebaikan. Dengan Demikian, kami berharap kritik dan saran positif secara baik terhadap konten tulisan kami, walaupun kami selalu berusaha maksimal mencari sumber yang paling benar dan memantau perkembangan sumber ilmunya. Semoga Alloh ,Tuhan Yang Maha Esa me-Ridhoi usaha kami dan rekan pembaca dalam berbagi ilmu kebenaran ,demi Kemaslahatan Dunia Untuk Akhirat, serta dihindarkan dari tindakan pencemaran Nama baik, diskriminasi suku,agama,ras, Antar golongan ( SARA) , pelanggaran hukum agama dan negara serta Pelanggaran Hak cipta. Terima Kasih", Salam sehat lahir batin, Sukses selalu dan Salam perdamaian di DUNIA INTERNASIONAL - By Jonadoctor, Health And Business (C) 2008 - 2022 ( contact us , mail : jonadoctorspot@gmail.com )
0 comments:
Posting Komentar