Dispnea biasanya menyertai nyeri dada dengan penyakit arteri koroner, atau mungkin satu-satunya gejala sindrom koroner akut sebagai "angina equivalent." Demikian juga, dyspnea dapat menyertai banyak jenis penyakit jantung lainnya, seperti perikarditis atau efusi perikardium, kardiomiopati, dan decompensatio cordis kiri.
Dyspnea mungkin menjadi satu-satunya presentasi emboli paru. Penyebab paru lainnya termasuk berbagai kondisi paru-paru kronis seperti asma, emfisema, fibrosis kistik, atau hipertensi pulmonal. Penyebab paru akut meliputi pneumotoraks, benda asing saluran napas, reaksi alergi, dan infeksi saluran pernapasan.
Penyebab non kardiopulmonary lainnya termasuk gangguan asam-basa, obat-obatan, anemia, infeksi, racun, ketinggian, kondisi lemah, dan lain-lain. Gejala dari AMS, hipotensi, atau kegagalan pernafasan memerlukan intervensi segera oleh dokter, sementara di lain waktu pencarian etiologi dapat mengantarkan pada kecepatan yang lebih santai.
Disini akan dibahas mengenai penyakit paru yang gejalanya didominasi oleh sesak nafas. Salah satunya adalah PPOK (Penyakit PAru Obstruktif Kronik).
- PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial.
- PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
- Bronkitis kronik yaitu kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang kurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
- Emfisema yaitu suatu kelainan anatomi paru ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli
- Faktor resiko PPOK :
1. Kebiasaan merokok
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktivitas bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa-1
Pada bronkitis Kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasia sel goblet dan hipertrofi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.
- Diagnosis PPOK
1. Anamnesis
a. Keluhan :
- Sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas
- Kadang-kadang disertai mengi
- Batuk kering atau dengan batuk yang produktif
- Rasa berat di dada
b. Riwayat penyakit :
Keluhan klinis, bertambah berat dari waktu ke waktu
c. Faktor predisposisi :
- Usia > 45 tahun
- Riwayat merokok aktif atau pasif
- Terpajan zat beracun (polusi udara, debu pekerjaan)
- Batuk berulang pada masa kanak-kanak
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
2. Pemeriksaan fisik
a. Secara umum :
- Penampilan pink puffer atau blue bloater- Pernapasan pursed-lips breathing
- Tampak denyut vena jugularis atau edema tungkai bila telah terjadi gagal jantung
b. Thoraks :
- Inspeksi :
# Barrel chest
# Penggunaan alat bantu napas
# Pelebaran sela iga
- Perkusi : hipersonor pada emfisema
- Auskultasi :
# Suara napas vesikuler normal, meningkat atau melemah
# Terdapat ronki/mengi waktu napas
# Ekspirasi memanjang
- Diagnosis Banding PPOK :
1. Asma
2. Sindroma Obstruksi Pascatuberkulosis (SOPT)
3. Pneumotoraks
4. Gagal Jantung Kronik
5. Bronkiektasis
6. Destroyed lung
- Penatalaksanaan PPOK
Tujuan Utama Penatalaksanaan PPOK antara lain :
a. Mengurangi Gejala
b. Mencegah eksaserbasi berulang
c. Memperbaiki dan mencegah penurunan Faal Paru
d. Meningkatkan kualitas hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah pengetahuan dasar tentang PPOK; obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya; cara pencegahan perburukan penyakit; berhenti merokok dan penyesuaian aktivitas.
2. Obat-obatan
Obat- obatan yang digunakan antara lain bronkodilator, antiinflamasi, antibiotika, antioksidan, mukolitik, antitusif.
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif. Pemberian O2 untuk mempertahankan oksigenasi seluler & mencegah kerusakan sebaik di otot maupun organ lainnya.
4. Ventilasi mekanik
Pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut atau pasien PPOK derajat berat.
5. Nutrisi
Keseimbangan nutrisi antara protein, lemak dan karbohidrat. Kekurangan kalori dapat menyebabkan meningkatnya derajat sesak.
6. Rehabilitasi
- Latihan bernapas dengan pursed-lips
- Latihan ekspektorasi
- Latihan otot pernapasan dan ekstremiti
- Pencegahan PPOK
1. Mencegah terjadinya PPOK : menghindari Asap Rokok, Menghindari Polusi udara, Menghindari Infeksi Saluran Nafas Berulang
2. Mencegah Perburukan PPOK : Berhenti Merokok, Menggunakan Obat-obatan adekuat, Mencegah eksaserbasi berulang.
Sumber :
- Wagner, MJ, Susan, BP. 2007 . Last MInute Emergency Medicine. Mc Graw Hill. USA
- Henderson, SO. 2006 . Emergency MEdicine. LAndes Bioscience. USA
- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK di Indonesia. Indonesia : Jakarta
0 comments:
Posting Komentar