Sejarah qurban Idul Adha dijelaskan secara singkat dan jelas dalam Al Quran surat As Shoffat ayat 102. Dalam QS AS Shoffat tersebut bisa diceritakan sejarah qurban adalah sebagai berikut. Saat Ismail berusia remaja, ayahnya Nabi Ibrahim memanggil Ismail (anak Ibrahim) untuk mendiskusikan sesuatu. Nabi Ibrahim menceritakan kepada Ismail bahwa Nabi Ibrahim telah mendapatkan perintah dari Allah melalui mimpi untuk menyembelih Ismail. Dari sini, Nabi Ibrahim menanyakan kepada Ismail: "Bagaimana menurutmu, wahai Ismail?"Lantas, Ismail menjawab: "Wahai ayah, laksanakan perintah Allah yang dimandatkan untukmu. Saya akan sabar dan ikhlas atas segala yang diperintahkan Allah," ujar Ismail kepada ayahnya, Nabi Ibrahim.
Dalam hal ini, Nabi Ibrahim mengkonfirmasikan mimpinya jangan-jangan mimpinya datang dari setan. Ternyata tidak, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah sebanyak 3 (tiga) kali melalui mimpi. Setelah mendapatkan petunjuk dan yakin bahwa itu adalah perintah Allah, maka Nabi Ibrahim dengan ikhlas akan menyembelih puteranya sendiri, yaitu Ismail. Setelah Nabi Ibrahim dan Ismail kedua-duanya ikhlas untuk menjalankan perintah Allah, ternyata Allah mengganti Ismail menjadi domba.
Peristiwa ini kemudian dijadikan sebagai hari raya umat Islam selain hari raya idul fitri. Arti kata idul adha qurban ada dua makna. Pertama, arti qurban adalah dekat yang diambil dari bahasa Arab Qarib. Pandangan umum mengatakan bahwa qurban adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, arti qurban adalah udhhiyah atau bisa dikatakan dhahiyyah yang artinya adalah hewan sembelihan. Dari arti makna qurban ini, maka menjadi tradisi sebagaimana lazim dilakukan umat muslim di dunia untuk menyembelih hewan dengan cara kurban atau mengorbankan hewan yang menjadi sebagian hartanya untuk kegiatan sosial.
Tradisi kurban dalam hari raya idul adha memiliki dua dimensi. Pertama, makna qurban memiliki dimensi ibadah-spiritual. Kedua, makna qurban punya dimensi sosial. Sementara itu, arti kata qurban secara harfiah berarti hewan sembelihan yang diambil dari kata udhhiyah atau dhahiyyah.
Makna qurban dalam tradisi idul adha dimaknai lebih dalam sebagai sebuah bentuk ketakwaan kita kepada Allah. Makna qurban dalam idul adha adalah bahwa kita harus ikhlas dalam menjalankan cobaan dari Allah. Kata lainnya adalah saat kita "disembelih" Allah, maka ikhlaslah dan bertawakal sehingga dengan keikhlasan itu kita akan mendapatkan "domba" sebagai penggantinya. Sayangnya, saat kita menjadi bagian dari sembelihan Allah, kemungkinan kita tidak ikhlas dan berat sehingga tentu kita tidak mendapatkan gantinya berupa domba. Oleh karena itu, atas segala sesuatu yang terjadi kepada kita karena cobaan dari Allah, kita mesti ikhlas menjalaninya.
 |
suasana lempar jamarat Jamaah Haji di Mina Arab Saudi tahun 2017 / 1438 H |
Hakikat qurban idul adha adalah bahwa kita harus kembali kepada tujuan hidup, yaitu beribadah kepada Allah. Karena manusia dan jin tidaklah diciptakan, kecuali untuk beribadah. Sebagaimana ujian Allah kepada nabi Ibrahim, hikmah dari segala peistiwa qurban tidak lain tidak bukan adalah untuk memperoleh ridha Allah melalui ibadah dengan menjalankan apa yang menjadi perintah Allah. Namun, tidak sekadar ibadah, kita harus ikhlas dalam menjalankan setiap perintah Allah. Kalau tidak, apa yang kita kerjakan dan menurut kita ibadah, itu menjadi sia-sia karena tidak dilakukan dengan ikhlas. Inilah hakikat dari peristiwa qurban dalam idul adha. Sebagaimana arti kata qurban yang bermakna qarib atau dekat kepada Allah, maka hakikat kurban adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu, makna qurban dalam pengertian Islam adalah bentuk pendekatan diri kita kepada Allah melalui lantaran hewan ternak yang dikurbankan atau disembelih. Dengan begitu, kita merelakan sebagian harta kita yang sebetulnya milik Allah untuk orang lain. Ini menjadi bagian dari ketaatan kita kepada Allah. Syaratnya, dalam qurban kita harus benar-benar untuk mencari ridha Allah, bukan untuk yang lain. Inilah hakikat qurban dalam Islam yang sebenarnya.
Pemerintah menetapkan bahwa 1 Zulhijah 1446 Hijriah jatuh pada 28 Mei 2025. Keputusan ini diumumkan sesuai hasil sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama Nasaruddin Umar didampingi Wakil Menteri Agama Romo Syafi'i dan dihadiri berbagai unsur, mulai dari perwakilan ormas Islam, Komisi VIII DPR RI dan para pakar falak dan astronomi, pada hari Selasa (27/5/2025) di Auditorium H.M Rasjidi Kantor Kementerian Agama, Jakarta.
Menag RI menjelaskan, Hasil pengamatan hilal di 114 titik lokasi di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa hilal telah terlihat di Aceh Jaya oleh Bapak Nabil yang telah disumpah, Ijtmak sudah terjadi di seluruh Indonesia, kemudian secara hisab, posisi hilal sudah di atas ufuk dengan ketinggian dan elongasi yang memenuhi kriteria MABIMS. Oleh karena itu, secara hisab imkan rukyat sudah terpenuhi, maka Hari Raya Iduladha 1446 H/ 2025 M yang jatuh pada 10 Zulhijah, akan diperingati pada 6 Juni 2025.
Tuntunan kurban juga terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar ayat 2 yang menyatakan, "Fashalli lirabbika wan har"; “Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)".
 |
Suasana saat akan sholat fardhu di Masjidil Haram Mekkah Arab Saudi Tahun 2017 / 1438 H
|
Makna kurban dalam ayat tersebut mempunyai beberapa dimensi karena muaranya adalah taqwa kepada Allah. Untuk mencapai derajat tersebut, manusia tidak mungkin hanya bermodal keshalehan vertikal kepada Tuhannya, melainkan mampu menumbuhkan keshalehan sosial kepada sesama manusia sebagai basis kekhalifahan di muka bumi. Dimensi yang dimaksud yaitu dimensi sosial dan spiritual.
Walaupun semakin maju kehidupan dunia,semakin banyak Masyarakat Muslim yang mampu berkorban,namun tetap saja ada beberapa ironi ibadah kurban secara demografi yang selama bertahun-tahun mengalami ketimpangan. Maksud ketimpangan di sini ialah, satu daerah sangat melimpah daging kurban sebagai akibat banyaknya hewan kurban dari orang-orang menengah ke atas yang memang jumlahnya tidak sedikit, misal di DKI Jakarta. Sebaliknya, di suatu desa di satu kabupaten banyak ditemukan masyarakat yang tidak dapat menikmati berkah Idul Adha dengan menerima daging kurban.
Jika dibandingkan, satu RW di Jakarta dalam sebuah Mushollah dapat terkumpul hewan kurban melimpah ruah berupa belasan sapi dan kambing. Sebaliknya, satu RW di sebuah desa kerap hanya ditemukan satu ekor hewan kurban saja. Kondisi ini miris, karena ketika masyarakat desa juga membutuhkan keberkahan daging kurban, kuantitas daging kurban di kota justru melimpah sehingga yang terjadi banyak distribusi daging kurban yang tidak tepat sasaran.
Terlihat utopis ketika daging kurban harus didistribusikan ke masyarakat desa dari kota. Namun, para pejabat dan pegawai pemerintah, orang terkenal/artis, serta orang kaya hendaknya dapat memberikan hewan kurbannya ke tempat kelahiran di daerahnya. Selama ini, yang kerap terjadi justru mereka ramai-ramai berkurban di kota bukan di tempat kelahirannya sehingga semangat kurban menjadi kontraproduktif dengan ruh kepedulian sosial sebab tidak menyentuh dan tepat sasaran.
Penulis ikut introspeksi diri sebagai salah satu muslimin di Indonesia. Semoga kesejahteraan Rakyat Indonesia khususnya yang beragama Islam semakin meningkat, agar kemampuan berkurban hewan pada Idul Adha bertambah dan mampu didistribusikan secara merata sesuai tuntunan syariatnya dan tepat sasaran, dengan mengutamakan kurban di tempat yang masih sedikit jumlah hewan kurban nya.
 |
Suasana pasca sholat Subuh di Masjid nabawi Madinah Arab saudi tahun 2017 / 1438 H |
Momen Idul Adha pada bulan Dzulhijjah 1446 H / 2025, juga bersamaan dengan pelaksanaan Ibadah Haji di Arab Saudi 1446H / 2025. Sementara, bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan Ibadah haji, dapat menjalankan salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah yaitu puasa Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah 1446 H / 2025. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim pun.
Ibadah haji dan umrah merupakan ibadah yang penting bagi kaum muslim yang mampu (istithaah), karena merupakan amaliah rukun Islam kelima , serta membutuhkan kesiapan fisik, mental, dan finansial yang optimal.
Selama menjalankan ibadah haji, jamaah melakukan banyak aktivitas fisik. Setelah menempuh perjalanan jauh (penerbangan sekitar 9-13 jam), jama’ah akan melakukan rangkaian ibadah sebagai berikut.
● Ibadah di masjid Nabawi (dengan jarak tempuh dari hotel 300-860 meter)
● Thawaf mengelilingi ka’bah, dengan jarak tempuh sekitar 1.5 km
● Sa’i (berjalan antara bukit Shafa dan Marwah): 3 km
● Melontar jumrah: dengan total jarak tempuh 6-7 km pulang pergi
● Serta aktivitas di luar ruangan: Wukuf di Arafah (1-2 hari), Mabit (bermalam) di Muzdalifah (1 malam), serta mabit di Mina (2-3 hari)
Segenap rangkaian Aktivitas ibadah haji tersebut, sangat membutuhkan kebugaran dan daya tahan tubuh yang baik, terutama fungsi paru yang berperan penting dalam mencukupi kebutuhan oksigen ke tubuh. Kebugaran tubuh harus terjaga agar Jamaah Haji dapat beribadah dengan maksimal serta tidak jatuh sakit.
Oleh karena itu, bagi yang melaksanakan Ibadah haji, sangat penting memperhatikan hal hal berikut :
- - Saat menjalankan ibadah Haji, Jamaah disarankan mengonsumi makanan yang telah disediakan sesuai dengan jadwal waktu makan dan menghabiskan porsi makanan serta mengkonsumi buah yang disediakan.
- - Jamaah Haji, lebih baik minum air secara berkala setiap 15-20 menit dengan air 150-200ml air (setara dengan ½–1 gelas) tanpa menunggu haus, serta memperbanyak minum sebelum dan setelah aktivitas fisik seperti thawaf dan sa’i. Disarankan memilih air putih atau air zamzam, menghindari minuman dingin, manis, bersoda, berkafein berlebih dan es krim
- - Jamaah Haji lebih baik tidur minimal 6–8 jam per hari untuk regenerasi sistem imun, serta dapat melakukan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam disertai dengan dzikir untuk mengurangi stres.
- - Sebelum waktu keberangkatan Haji, Jamaah sangat perlu rutin latihan jalan kaki 30–60 menit per hari 1–2 bulan, latihan senam ringan untuk menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot serta menghindari olahraga berat yang bisa menyebabkan cedera. Saat penerbangan dari Indonesia menuju Arab Saudi selama lebih dari 10 jam, Calon Jamaah Haji disarankan melakukan senam peregangan saat di dalam pesawat agar tidak terjadi emboli paru.

- - untuk menjalankan pengendalian infeksi paru dan pernapasan, maka Jamaah Haji perlu rutin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat meliputi cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, penggunaan masker, penerapan etika batuk, dan edukasi kepada Jamaah Haji dan Umrah.
- - Sebelum berangkat ke Tanah Suci, Jamaah Haji melakukan Vaksinasi yang diwajibkan oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi pada tahun 2025 antara lain ; Meningitis dan Polio. Selain itu ada vaksin yang dianjurkan, antara lain vaksin Influenza, vaksin Pneumokokus, Vaksin RSV serta vaksin lainnya untuk mencegahpenyakit infeksi, termasuk infeksi paru dan pernapasan.
- Saat melaksanakan Rangkaian Ibadah yang berisiko terjadi kerumunan atau antrian panjang, Jamaah Haji Hendaknya Rutin menjaga Jalur Komunikasi dengan Sesama Jamaah Satu Regu, satu Rombongan, Ketua Regu, Ketua Rombongan, Petugas Haji Kloter ( Baik Petugas Pemandu Ibadah, Petugas Kesehatan, Ketua Kloter ), sehingga tetap bisa terpantau posisi Jamaah bila mengalami situasi sulit. Jamaah Haji juga lebih disarankan mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris maupun Bahasa Arab ( bila terpaksa, dapat memakai Aplikasi Penerjemah Online pada Gadget ), sehingga memudahkan dalam meminta bantuan terdekat sambil menunggu respon dari Petugas Haji Kloter atau pun Tim Gerak Cepat ( TGC ) PPIH ( Petugas Haji Non Kloter ).
Akhirnya, perlu diperhatikan bahwa ibadah kurban mempunyai beberapa pelajaran utama yang dapat dipetik.
- Pertama tentang penghambaan total Nabi Ibrahim dan keluarganya ketika harus mengorbankan anak tercintanya atas perintah Allah SWT.
- Kedua, tentang kemuliaan manusia.
- Ketiga, pelajaran yang bisa kita ambil adalah tentang hakikat pengorbanan. Sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna korban yang sejatinya sangat luas, meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya.
Penulis mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H bagi Umat Islam yang menjalankan di Indonesia dan seluruh penjuru Dunia. Semoga Amal Ibadah kita diterima Alloh, Semoga momentum Idul Adha ini bisa mempererat persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercinta.
SILAHKAN KONTAK / hubungi kami :
Anda bisa menghubungi kami di dua nomor WA berikut ini :

1. Ny.A.sekar.T, SST ( Paramedis )
2.Tn.Is.Dar, MD ( Medis / Telemedicine dan Bisnis )
Atau di email: jonadoctorspot@gmail.com
Sumber :
- Ikhsan, M.dkk.2025. Panduan Penatalaksaan Penyakit Paru dan Pernapasan Bagi Petugas Kesehatan Haji dan Umrah. Jakarta : PDPI
- Ahmad,F. 2016.dalam NU Online.
- Prabu Jayanegara dari hasil wawancara dengan Lismanto, SHI . dalam web islamcendekia
- web kemenag 2025
- web sultengkemenag . 2019
- Sodikin dalam web islampos
- PEDOMAN PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA PEMOTONGAN HEWAN KURBAN oleh Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian - Republik Indonesia
- muslimpro apps on android
- Web inews
- web muslim
- web muhammadiyah
- pengalaman sebagai Petugas Kesehatan Haji Indonesia Kloter SOC oleh Staf medis Balkesmas (eks balai paru / BP4 UPT Dinas Kesehatan Provinsi ) dr. Iswan D.